Total Tayangan Halaman

Jumat, 18 Oktober 2013

laporan filtrip Oseonografi

Tinjaun Pustaka
2.1 paramet fisika
Suhu
Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam air laut adalah matahari. Setiap detik matahari memancarkan bahang sebesar 1026 kalori dan setiap tempat dibumi yang tegak lurus ke matahari akan menerima bahang sebanyak 0.033 kalori/detik. Pancaran energi matahari ini akan sampai kebatas atas atmosfir bumi rata- rata sekitar 2 kalori/cm2/menit. Pancaran energi ini juga sampai ke permukaan laut dan diserap oleh massa air.
Keadaan suhu perairan laut banyak ditentukan oleh penyinaran matahari yang disebut proses insolation. Pemanasan di daerah tropik/khatulistiwa akan berbeda dengan hasil pemanasan di daerah lintang tengah atau kutub. Oleh karena bentuk bumi bulat, di daerah tropis sinar matahari jatuh hampir tegak lurus, sedangkan di daerah kutub umumnya menerima sinar matahari dengan sinar yang condong. Sinar jatuh condong bidang jatuhnya akan lebih luas dari pada sinar jatuh tegak. Selain oleh kemiringan sinar jatuh, di daerah kutub banyak sinar dipantulkan kembali ke atmosfer sehingga semakin menambah dingin keadaan suhu di daerah kutub.
Namun walaupun di daerah tropis lebih panas dari kutub, daerah tropis memiliki suhu air lebih rendah dibandingkan suhu air laut di daerah subtropis. Hal ini karena faktor keawanan yang menutupi di daerah tropis banyak awan yang menutupi dibandingkan dengan di daerah subtropik. Awan banyak menyerap sinar datang dan menimbulkan nilai kelembaban udara yang tinggi. Adapun di daerah subtropik, insolation yang tinggi tidak diikuti oleh kelembaban dan keawanan sehingga di daerah ini lebih panas. Berdasarkan kedalamannya, sinar matahari banyak diserap oleh lapisan permukaan laut hingga kedalaman antara 200 – 1000 meter suhu turun secara drastis, dan pada daerah yang terdalam bisa mencapai suhu kurang dari 2 °C.

Pola suhu di perairan laut pada umumnya:
a.    Makin ke kutub makin dingin
b.    Makin ke bawah makin dingin
Sebaran suhu secara menegak ( vertikal) diperairan Indonesia terbagi atas tiga lapisan, yakni lapisan hangat di bagian teratas atau lapisan epilimnion dimana pada lapisan ini gradien suhu berubah secara perlahan, lapisan termoklin yaitu lapisan dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan kedalaman, lapisan dingin di bawah lapisan termoklin yang disebut juga lapisan hipolimnion dimana suhu air laut konstan sebesar 4ºC. Pada lapisan termoklin memiliki ciri gradien suhu yaitu perubahan suhu terhadap kedalaman sebesar 0.1ºC untuk setiap pertambahan kedalaman satu meter. Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam perairan. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan berkisar antara 2°C – 4°C.
Suhu mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah pantai menuju laut lepas. Umumnya suhu di pantai lebih tinggi dari daerah laut karena daratan lebih mudah menyerap panas matahari sedangkan laut tidak mudah mengubah suhu bila suhu lingkungan tidak berubah. Di daerah lepas pantai suhunya rendah dan stabil. Lapisan permukaan hingga kedalaman 200 meter cenderung hangat, hal ini dikarenakan sinar matahari yang banyak diserap oleh permukaan. Sedangkan pada kedalaman 200-1000 meter suhu turun secara mendadak yang membentuk sebuah kurva dengan lereng yang tajam. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air laut relatif konstan dan biasanya berkisar antara 2-4o C. Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan (Hutabarat dan Evans, 1986).
Kecerahan
Kecerahan air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari kandungan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Pada laut yang keruh, radiasi sinar matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan laut akan kurang dibandingkan dengan air laut jernih. Pada perairan laut yang dalam dan jernih, fotosintesis tumbuhan itu mencapai 200 meter, sedangkan jika keruh hanya mencapai 15 – 40 meter. Laut yang jernih merupakan lingkungan yang baik untuk tumbuhnya terumbu karang dari cangkang binatang koral. Air laut juga menampakan warna yang berbeda-beda tergantung pada zat-zat organik maupun anorganik yang ada. Ada beberapa warna-warna air laut karena beberapa sebab :
a.    Pada umumnya lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih banyak dari pada sinar lain.
b.    Warna kuning, karena di dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya sungai kuning di Cina.
c.    Warna hijau, karena adanya lumpur yang diendapkan dekat pantai yang memantulkan warna hijau dan juga karena adanya planton-planton dalam jumlah besar.
d.    Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es seperti di laut kutub utara dan selatan.
e.    Warna ungu, karena adanya organisme kecil yang mengeluarkan sinar-sinar fosfor seperti di laut ambon.
f.      Warna hitam, karena di dasarnya terdapat lumpur hitam seperti di laut hitam
g.    Warna merah, karena banyaknya binatang-binatang kecil berwarna merah yang terapung-apung.
2.  Kecepatan Arus
a.    Pengertian
Menurut Barus (2001), arus air adalah faktor yang mempunyai peranan yang sangat penting baik pada periran letik maupun pada perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat tusbulen yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan.
Menurut Husabarat dan Stewart (2008), arus merupakan gerakan air yang sangat luas terjadi pada seluruh lautan di dunia. Arus-arus ini mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan arah pelayaran bagi kapal-kapal.
b.    Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut Barus (2001), pada ekosistem lentik arus dipengaruhi oleh kekuatan angin, semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin kuat dan semakin dalam mempengaruhi lapisan air. Pada perairan letik umumnya kecepatan arus berkisar antara 3 m / detik. Meskipun demikian sangat sulit untuk membuat suatu batasan mengenai kecepatan arus. Karena arus di suatu ekosistem air sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung dari fluktuasi debit dan aliran air dan kondisi substrat yang ada.
Kecepatan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan, kesuburan kadar sungai. Kedalaman dan keleburan sungai, sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat sungai (Ozum, 1993 dalam Suliati, 2006).

TIPE SUBSTRAT
a.    Pengertian
Menurut Flamid (2010), bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari, bahan lain hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan atau lingkungan tempat hidup.
Menurut Djum 1971 dalam Sahri et al. 2000. substrat dasar yang berupa batuan merupakan habitat yang penting baik dibandingkan dengan substrat pasir dan kerikil. Substrat pasir dan kerikil mudah sekali terbawa oleh arus air. Sedangkan substrat batuan tidak mudah terbawa oleh arus air.
b.    Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Kandungan bahan organik menggambarkan tipe dan substrat dan kandungan nutrisi di dalam perairan. Tipe substrat berbeda-beda seperti pasir Lumpur dan tanah liat (Sembiring, 2008)
Menurut Suliati (2006), kecerahan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan. Kekasanan kadar sungai. Kedalaman dan kelebaran sungai sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat dasar sungai pada umumnya, tipe substrat dalam sungai dapat berupa Lumpur, pasir, kerikil dan sampah.

Parameter kimia
Salinitas
Salinitas menunjukkan kadar garam pada suatu perairan. Kadar garam merupakan ciri pembeda a ntara ekosistem air tawar dan air asin.

pH

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk powerp (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negative”.
Suatu ukuran yang menunjukkan apakah air bersifat asam atau dasar dikenal sebagai pH. Lebih tepatnya pH menunjukkan konsentrasi ion hydrogen dalam air dan didefinisikan sebagai logaritma asam bila pH dibawah 7 dan dasar ketika pH di atas 7. sebagian besar nilai pH ditemui jatuh antara 0 sampai 14. pH yang baik dalam budidaya adalah 6,5-9,0 (Mutris, 1992).
b.    Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Peningkatan keasaman air (pH rendah) umumnya disebabkan limbah yang mengandung asam-asam mineral bebas dan asam karbonat. Keasaman tinggi (pH rendah) juga dapat disebabkan adanya FeS2 dalam air akan membentuk H2SO4 dan ion Fe2+ (larut dalam air ) (manik, 2003).
Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif stabil dan berada dalam kisaran yang sempit. Biasanya berkisar antara 7,7 – 8,4 pH dipengaruhi olah kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya (Boyd, 1982, Nybakkan, 1992 dalam Irawan et al, 2009)
DO (oksigen terlarut)
Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia, sepeti oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dan kebutuhan oksigen biologis (Biological Oxygen Demand = BOD). Tulisan ini lebih difokuskan pada dua parameter dimaksud. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut.
ODUM (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya.
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme (SWINGLE, 1968). Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 % (HUET, 1970). KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut (ANONIMOUS, 2004). Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan kan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik.
Gelombang
Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium. Pada gelombang yang merambat adalah gelombangnya, bukan zat medium perantaranya. Satu gelombang dapat dilihat panjangnya dengan menghitung jarak antara lembah dan bukit (gelombang tranversal) atau menhitung jarak antara satu rapatan dengan satu renggangan (gelombang longitudinal). Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu detik. Bentuk ideal dari suatu gelombang akan mengikuti gerak sinusoide. Selain radiasi elektromagnetik, dan mungkin radiasi gravitasional, yang bisa berjalan lewat vakum, gelombang juga terdapat pada medium (yang karena perubahan bentuk dapat menghasilkan gaya memulihkan yang lentur) di mana mereka dapat berjalan dan dapat memindahkan energi dari satu tempat kepada lain tanpa mengakibatkan partikel medium berpindah secara permanen; yaitu tidak ada perpindahan secara masal. Malahan, setiap titik khusus berosilasi di sekitar satu posisi tertentu. Suatu medium disebut: linear jika gelombang yang berbeda di semua titik tertentu medium dijumlahkan, terbatas jika terbatas, selain itu disebut tak terbatas seragam jika ciri fisiknya tidak berubah pada titik yang berbeda, isotropik jika ciri fisiknya sama pada arah yang berbeda

Jenis-Jenis Gelombang
1.  Gelombang transversal
Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatannya tegak lurus dengan arah rambatannya. Satu gelombang terdiri atas satu lembah dan satu bukit, misalnya seperti riak gelombang air, benang yang digetarkan, dsb.
2.  Gelombang longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang merambat dalam arah yang berimpitan dengan arah getaran pada tiap bagian yang ada. Gelombang yang terjadi berupa rapatan dan renggangan. Contoh gelombang longitudinal seperti slingki / pegas yang ditarik ke samping lalu dilepas.
Macam-macam gelombang 
A.     Menurut arah getarnya:
1.    Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus terhadap arah rambatannya. Contoh: gelombang pada tali , gelombang permukaan air, gelobang cahaya, dll.
2.    Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya sejajar atau berimpit dengan arah rambatannya. Contoh: gelombang bunyi dan gelombang pada pegas.
B.     Menurut amplitudo dan fasenya :
1.    Gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudo dan fasenya sama di setiap titik yang dilalui gelombng.
2.    Gelombng diam (stasioner) adalah gelombang yang amplitudo dan fasenya berubah (tidak sama) di setiap titik yang dilalui gelombang.
C.     Menurut medium perantaranya:
1.    Gelombang mekanik adalah gelombang yang didalam perambatannya memerlukan medium perantara. Hampir semua gelombang merupakan gelombang mekanik.
2.    Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang didalam perambatannya tidak memerlukan medium perantara. Contoh : sinar gamma (γ), sinar X, sinar ultra violet, cahaya tampak, infra merah, gelombang radar, gelombang TV, gelombang radio.
Persamaan umum gelombang yaitu besaran-besaran dalam gelombang hampir sama dengan besaran-besaran yang dimiliki oleh getaran, antara lain, periode, frekuensi, kecepatan, fase, amplitudo. Ada satu besaran yang dimiliki oleh gelombang tetapi tidak dimiliki oleh getaran, yaitu panjang gelombang. Gelombang stasioner (diam) ini dapat terjadi oleh karena interferensi (penggabungan dua gelombang yaitu gelombang datang dan pantul).
Pantulan gelombang yang terjadi dapat berupa pantulan dengan ujung tetap dan dapat juga pantul pantul merupakan kelanjutan dari gelombang datang (fasenya tetap), tetapi jika pantulan itu terjadi pada ujung tetap, maka gelombang pantul mengalami pembalikan fase (berbeda fase 1800) terhadap gelombang datang. Penyebab terjadi gelombang laut dipengaruhi beberapa factor berikut:
1.    Kecepatan angin
2.    Lama angina bertiup dan luas daerah yang terkena pengaruh
3.    Kedalaman air laut
4.    Adanya getaran kulit bumi di dasar laut
5.    Tetapi factor utamanya karena angin dan gempa
BAB III
METODOLOGI
3.1.   Waktu dan tempat
Praktikum lapang mata kuliah Oseanografi ilaksanakan pada hari sabtu tanggal 25 November  2012 pada pukul 05.00 wib di Pasauran Cinagka Anyer  . Dan diikuti oleh mahasiswa/i semester 3 jurusan perikanan fakultas pertanian unversitas sultan ageng tirtayasa Banten.
3.2 Alat dan bahan
Sechi disk, termometr, reftaktometer, ph-meter/ kertas indicator universal , Do meter , bola pingpong, tali bola transek 1* 1 m, tongkat berskla, stopwatch, skop kecil,
3,4 Metode pengukuran
Suhu
Pengukuran suhu diperairan yaitu dengan menggunakan alat thermometer,  Pengukuran suhu yang digunakan pada praktikum oseanografi diperairan Pasauran Cinagka Anyer yaitu menggunakan alat termometr  yang cara kerjannya dengan mencelupkan kedalam perairan dalam waktu ± 3 menit catat nilai suhu yg di tunjukn pda termometr.
Kecerahan
Pengukuran kecerahan air laut yaitu dengan menggunakan  secchi disk. Secchi disk pertama kali ditemukan oleh Fr. Pietro Angelo Secchi, seorang ahli astrofisika. Saat ia diminta untuk mengukur transparansi perairan di laut mediterania oleh seorang Komandan (Letnan) Angkatan Laut Cialdy, pimpinan armada angkatan laut Papal. Ia pun memperkenalkan alat pengkurur kecerahan yang terbuat dari piringan dan diberi warna hitam dan putih. Secchi menggunakan piringan putih untuk mengukur kecerahan periaran mediterania pada bulan april tahun 1865. Kala itu, ukuran piringan yang digunakan untuk mengukur kecerahan perairan sangat bervariasi. Namun umumnya ukuran yang digunakan adalah piringan dengan ukuran dengan diameter 18 inchi. Dan dibuat menggunakan piringan metal dengan warna hitam dan putih. Jadi, hitam dan putih digunakan karena hitam adalah warna yang dapat mewakili warna gelap dan putih mewakili warna cerah.

Secchi disk digunakan untuk melihat seberapa jauh jarak (kedalaman) penglihatan seseorang ketika melihat ke dalam perairan. Caranya, sechidis di turunkan perlahan kedalam perairan catat ke dalaman saat sechidis tidah terlihat tarik perlahan sechidis hngga terlihat kembali catat kedalamannya
Tipe substar
Turunkan skop sampai dasar perairan, ambil sampel dasar perairan amati sampel dasar perairan
Kecepatan arus
Letakan transek pada permukaan perairan lepaskan bola pingpong dari ujung transek catat waktu yg dibutuhlkant bola pingpong untuk sampai ke ujung transek yg lainya
Salinitas
 Siapkan refraktormeter dan buka penutup tempat di teteskan sampel air lalu kaliberasi terlebih dahulu (tetesi degn aquades) kemudian lap dehan tisu, tetesi sampel air pada tempat diteteskant air tutup kembali lihat hasil melalui teropong pada pangkal alat (pastikan terdapat cahayacukup terang)
pH
Pengukuran Ph diperairan umumnya menggunakan antara lain dengan cara indikator sederhana dengan menggunakan kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah. Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas suatu larutan.
DO
Pengukuran oksigen terlarut (DO) digunakan alat pengukur DO (Dissloved oxigen) yang dicelupkan kedalaman perairan yang kondisi awal DO pada posisi 0 C. lakukan kaliberasi dengan larutan 2-3 larutan buffer tekan cal untuk permintaan kaliberasi bilas dengan aquades celupkan electrode kedalam buffer tekan read tunggu hingga setabel.
Gelombang
Pengukuran gelombang dilakukan dengan menggunakan Wave Pole, yaitu papan kayu dengan panjang 4 meter, lebar 15 cm dan tebal 3 cm yang berskala tiap 20 cm. Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan mengamati puncak dan lembah, perhitungan periode gelombang dilakukan dengan menghitung waktu gerakan gelombang melewati titik tertentu.

Sedangkan pengukuran gelombang yang dilakukan dalam praktikum oseanografi pasauran cinagka ayer  yaitu dengan menggunakan paralon 1 meter yang diberiketentuan setiap 5cm paralon diberi tanda, dan cara penggunaannya yaitu dengan cara paralon dicelupkan diperairan dan diberi waktu 1 menit. Sehingga,   didapati bahwa gelombang yang terdapat dipulau panjang berapa tinggi dan rendahnya gelombang.






cara menanam mangrove yang benar

Kita tahu bahwa menanam adalah proses awal pertumbuhan di lingkungan yang ditanamnya, perlu adaptasi dan penyesuaian dari akar beradaptasi dengan tanah dan unsur hara, udara dan lain- lain.
cara menanam mangrove dari awal yang benar :

KOORDINASI
  • Perizinan
  • Teknis acara
  • Pemberitahuan dan ikut serta masyarakat setempat

PERENCANAAN LAPANGAN
yang harus diperhatikan persiapan sebelum kegiatan:
  • lokasi,
  • zonasi,
  • pola,
  • tata ruang,
  • waktu penyetoran - penanaman
  • Jenis Mangrove (Rhyzophora spp., Avecennia spp., dll)
  • jumlah bibit jumlah
  • peserta penanaman

TEKNIS ( bibit mangrove)
- Di Pasang -surut: (Tepi Pantai)
  • Proses pengangkutan bibit dan peletakannya (tempat berair dan teduh)
  • Jarak tanam, pemasangan ajir secara tersusun rapi dan berpola dengan jarak tanam 1.5 m
  • Pembuatan lubang tanam dengan menggunakan tangan maupun alat bantu sedalam 15 -20 cm
  • Membuka polibag dengan cara yang benar (jangan sampai merusak akar)
  • Di tanam dengan hati-hati (dengan membaca do'a/ bismillah)
  • Tutup lubang tanam dan padatkan serta tinggikan tanahnya agak cembung
  • Ikat mangrove dengan ajir, (jangan kencang-kencang)

- Di Air Penuh/
  • yaitu, penanaman  tidak pengaruh pasang surut/ di tepi maupun di tengah tambak
  • Model bisa dengan penggunakan Apo dari bambu , agar tidak kena ombak
  • tinggi mangrove harus diatas air agar dapat fotosintesis dengan baik, usahakan daun jangan tenggelam
  • polybag tidak usah dilepas disini dikarenakan lumpur dilapangan dapat bergerak sesuai dengan arus nantinya tanah di polybag agar tidak hilang
> Di Pantau pelaksanaannya oleh tim penyuluh dan pemantau

EVALUASI DAN SURVEY
  • Survey setidaknya butuh 1- 5 hari setelah kegiatan penanaman. (intensif)
  • tindak lanjutin apabila adanya kemungkinan mulai mengalami gejala kerusakan (layu, kuning, hama)
  • lakukan tindakan yang disusun bersama guna menindak lanjutin hasil penanaman, seperti: pengecekan dan penyulaman bila perlu peberian pupuk daun (jangan menggunakan obat kimia pembasmi hama karena dapat merusak air dan tanah sekitar)

PELAPORAN DAN PEMBAHASAN
  • kegiatan ini perlu di kaji di mana letak kekurangan
  • dibahas bersama tindak lanjut dengan masyarakat atau yang berkepentingan, agar bisa terjaga kelestarian dan hidupnya selamanya.....

    " u/ hasil lebih baik penanaman dari benih/ biji mangrove lebih di anjurkan karena lebih cepat menyesuaikan keadaan sekitar ,menurut penelitian berbagai sumber"

    "u/ para pencinta dan peduli lingkungan agar lebih peka, peduli serta menghimpun banyak massa untuk menyadarkan dan menjadi penggerak lingkungan khususnya kaw. maritim dan pesisir di indonesia yang semakin terdegradasi

    Persemaian dan Pembibitan Mangrove
1.    Pengumpulan Buah
Sebelum melakukan persemaian, lakukanlah pengumpulan buah mangrove terlebih dahulu untuk dijadikan bibit tanaman mangrove.
2.    Penyiapan bibit
  • bibit mangrove diusahakan berasal dari lokasi setempat atau lokasi terdekat
  • bibit mangrove disesuaikan dengan kondisi tanahnya
  • persemaian dilakukan di lokasi tanam untuk penyesuaian dengan lingkungan setempat
3.    Pemilihan bibit mangrove
Penanaman mangrove dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: menanam langsung buahnya, cara ini memiliki tingkat keberhasilan antara 20-30%. Cara lain adalah melalui persemaian bibit, dengan tingkat keberhasilan antara 60-80%.
Untuk memperoleh bibit mangrove yang baik, pengumpulan buah (propagule) dapat dilakukan antara bulan September hingga bulan Maret, dengan karakteristik sebagai berikut berdasarkan jenis tanaman mangrove:
  1. Bakau (Rhizophora spp.), buah sebaiknya dipilih dari pohon yang telah berusia di atas 10 tahun, buah yang baik dicirikan oleh hampir lepasnya bonggol buah dan batang buah, ciri buah yang sudah matang untuk jenis :
  2. bakau besar (Rhizophora mucronata): warna buah hijau tua atau kecoklatan dengan kotiledon (cincin) berwarna kuning
    • bakau kecil (Rhizophora apiculata): warna buah hijau kecoklatan dan warna kotiledon merah.
    • Tancang (Bruguiera spp.), buah dipilih dari pohon yang berumur antara 5-10 tahun, ciri buah yang matang: batang buah hampir lepas dari bonggolnya
  3. Api-api (Avicennia spp.), bogem (Sonneratia spp.) dan bolicella (Xylocarpus granatum)
    • ciri buah yang matang: warna kecoklatan, agak ketas dan bebas dari hama penggerek
    • lebih baik buah yang sudah jatuh dari pohon
4. Persemaian bibit mangrove
  1. Pemilihan tempat:
    • lahan yang lapang dan datar,
    • dekat dengan lokasi tanam,
    • terendam air saat pasang, dengan frekuensi lebih kurang 20-40 kali/bulan, sehingga tidak memerlukan penyiraman.
  2. Pembuatan bedeng persemaian
    • ukuran bedeng disesuaikan dengan kebutuhan, umumnya berukuran 1 x 5 meter atau 1×10 meter dengan tinggi 1 meter,
    • Bedeng diberi naungan ringan dari daun nipah atau sejenisnya,
    • Media bedengan berasal dari tanah lumpur di sekitarnya,
    • Bedeng berukuran 1 x 5 meter dapat menampung bibit dalam kantong plastik (10 x 50 cm) atau dalam botol air mineral bekas (500 ml) sebanyak 1200 unit, atau 2.250 unit untuk bedeng berukuran 1 x 10 meter.
5. Pembibitan Mangrove

  • Buah disemaikan langsung ke kantong- kantong plastik atau ke dalam botol air mineral bekas yang sudah berisi media tanah.
  • Sebelum diisi tanah, bagian bawah kantong plastik atau botol air mineral bekas diberi lubang agar air yang berlebihan dapat keluar.
  • Khusus untuk buah bakau (Rhizopora spp.) dan tancang (Bruguiera spp.), sebelum disemaikan sebaiknya disimpan dulu di tempat yang teduh dan ditutupi dengan karung basah selama 5-7 hari. Hal ini bermanfaat untuk menghindari batang bibit

EKOSISTEM PERAIRAN MENGALIR

Latar Belakang
Sungai, merupakan tempat air mengalir yang berasal dari mata air dan membawa kebutuhan hidup manusia dan berbagai mahkluk lain yang dilaluinya, merupakan bagian dari ekosistem air tawar. Selain itu sungai memiliki peranan langsung dalam kehidupan manusia dan mahkluk disekitarnya
Pada peraktikum ini kami mengadakan pengambilan sampel di Sungai Cihideung, Bogor. Sungai Cihideung merupakan perairan mengalir yang memiliki faktor-faktor yang berpengaruh berdasarkan literatur meliputi ; Suhu, Kejernihan, Arus, Konsentrasi gas pernafasan, dan Konsentrasi garam biogenik. Dalam hal ini arus meruakan faktor yang paling mengandalikan dan merupakan faktor pembatas di aliran air (E. P. Odum, 1998)
Praktikum yang dilakukan pada perairan mengalir ini di latar belakangi karena betapa pentingnya peranan sungai dalam ekosistem kehidupan selain itu mengajak kepada mahasiswa agar peduli terhadap kebersihan dan kelestarian ekosistem perairan mengalir demi keseimbangan ekositem itu sendiri. Diharapkan agar mahasiswa program keahlian Teknologi Produksi Dan Manajemen Perikanan Budidaya dapat mengaplikasikan pemanfaatan sungai yang berhubungan dengan budidaya perikanan.
1.2 Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengenalkan dan mempelajari komponen-komponen penyusun ekosistem perairan mengalir, serta mempelajari interaksi dan hubungan timbal balik antar komponen penyusun ekosistem tersebut. Selain itu, praktikan juga Mempelajari pengaruh lingkungan terhadap komponen penyusun ekosistem terutama terhadap keanekaragaman biota didalamnya.

2.1 Ekosistem Peraian Mengalir

Ekosistem perairan mengalir (lotic) merupakan bagian dari habitat air tawar. Air mengalir, atau habitat lotic ( berasal dari kata lotus yang berarti “tercuci” ) seperti mata air, aliran air atau sungai (E. P. Odum,1998).
Sungai adalah aliran air tawar yang bersumber alamiah di daratan yang mengalir menuju dan bermuara di danau, laut atau samudra. Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu daerah yang terhampar disisi kiri dan kanan dari suatu aliran sungai (http://smulab.tripod.com/strukturbumi.htm).
Sungai dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu berdasarkan asal air dan berdasarkan letak alirannya. Berdasarkan asal air terdapat sungai mata air yaitu sungai yang airnya bersumber dari mata air alami, sungai air hujan, sungai pencairan es/ salju, dan sungai campuran. Sedangkan berdasarkan letak alirannya sungai dibedakan menjadi ; sungai di atas permukaan tanah, sungai bawah tanah, dan sungai campuran.
Dalam aliran sungai dari hulu hingga hilir atau muara, sungai memiliki beberapa pola aliran sungai yaitu ; Pola aliran dendritik, adalah pola aliran yang berbentuk seperti pohon, Pola aliran rektanguler yaitu pola aliran yang alirannya melalui daerah patahan, Pola aliran trellis yaitu pola aliran pada beberapa sungai yang mendapat tambahan air dari anak sungainya dimana arah alirannya tegak lurus dengan sungai tersebut, Pola aliran radial, yaitu pola aliran yang terjadi jika beberapa sungai mengalir ke luar dari gunung atau sebuah dome, dan yang terakhir Pola aliran anular yaitu pola aliran yang merupakan variasi dari pola radial.
Sungai dibagi menjadi Dua zona berdasarkan aliran sungainya yaitu Zona air deras dan zona air tenang. Zona air deras adalah daerah yang dangkal dimana kecepatan arusnya cukup tinggi sehingga menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas  sehingga dasarnya padat. Zona air tenang adalah bagian sungai yang dalam dimana kecepatan arus sudah berkurang maka lumpur dam materi lepas dan cenderung mengendap di dasar sehingga endapannya lunak.Dari pola aliran sungai tersebut, sungai dapat membentuk Meander, yaitu bentuk aliran sungai yang berkelok-kelok. Ciri dari suatu rangkaian meander adalah adanya leher meander (bagian yang menyempit) yang dapat menghasilkan potongan beerbentuk tapal kuda dan disebut sebagai danau tapal kuda. Selain Meander sungai juga dapat membentuk delta. Delta merupakan suatu daratan yang terletak di muara sungai, yang terpisah dari laut dan terdiri dari endapan hasil pengikisan air sungai. Dalam kehidupan mahkluk hidup, sungai berfungsi sebagai sumber keanekaragaman hayati yang digunakan untuk irigasi (pengairan sawah dan tambak), pemenuhan kebutuhan sumber air minum, tempat mandi, cuci, kakus, sumber daya perikanan sebagai media transportasi air, sumber energi yaitu (sumber pembangkit listrik), sungai juga dapat digunakan sebagai sarana rekreasi dan olahraga (arum jeram dan pemancingan).
Bab  2Tinjauan Pustaka
2.2.2. Kecerahan
Dalam hal ini kecerahan merupakan parameter fisika yang berhubungan dengan fotosintesis karena pengaruh penetrasi cahaya yang masuk ke dalam aliran sungai.
Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan, terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat mengendap, seringkali penting sebagai faktor pembatas. Sebaliknya, bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi produktivitas (E. P. Odum, 1971)
2.2.5. Tipe Substrat
Tipe substrat pada perairan mengalir pada sungai hulu berupa batu-batuan dan pasir, sedangkan pada sungai hilir tipe substratnya merupakan endapan lumpur.
Dalam pengamatan perairan mengalir tipe substrat yang banyak kita amati berupa batu dan pasir. Karena Sungai Cihideung merupakan jenis sungai yang beraliran deras karena masih terdapat di daerah hulu.
2.2.3. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup.  Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu  tertentu.
Daerah perairan yang cukup luas dapat mempengaruhi iklim daerah daratan di sekitarnya.Suhu air paling baik dan efisien diukur menggunakan sensor elektronis seperti Air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara bersama-sama mengurani perubahan suhu sampai tingkat minimal, sehingga perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat dari pada udara.
f. Kecepatan Arus
Untuk mengukur kecepatan arus kita menggunakan bola pimpong yang telah dilubangi dan diikat denga tali kemudian diisi oleh air. Cara kerjanya terlebih dahulu kita tetapkan Stasiun 1 dengan transek kuadrat di aliran sungai yang ada arus aliran sungainya. Kemudian siapkan stopwatch untuk menghitung kecepatan bola pimpong, lalu bola pimpong tersebut di celupkan ke aliran sungai tepat di ujung dalam transek hingga terbawa oleh arus aliran air sungai, pada saat yang bersamaan tekan stopwatch lalu stop jika bola pimpong telah sampai menyentuh ujung transek.
g. Lebar Sungai dan Lebar Badan Sungai
Pengukuran lebar sungai dan lebar badan sungai dilakukan pengukuran dari ujung sisi yang satu ke ujung sisi yang lainnya, biasanya lebar badan sungai lebih lebar dari lebar sungai, lebar badan sungai diukur dari ujung sisi sungai hingga ke ujung lainnya, sedangkan lebar badan sungai diukur dari ujung sisi sungai yang masih terdapat air hingga ujung sisi lainnya yang masih terdapat air .
2.3. Parameter Kimia
2.3.1.  Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan parameter kimia yang menunjukan salinitas atau drajat keasaman dari suatu perairan dimana biota air dapat hidup didalamnya, pH yang ideal berkisar antar 6,5-8,5. Dimana setiap organisme air memiliki toleransi pH yang berbeda. Larutan atau air dikatakan asam jika pH-nya < 7, dikatan basa jika pH-nya > 7, sedangkan jika pH-nya = 7 maka larutan tersebut dikatakan seimbang (Purba, Michael. “Sains Kimia” .1994).
Derajat keasaman (pH) berpengaruh sangat besar terhadap tumbuhtumbuhan dan hewan air sehingga sering digunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau tidaknya kondisi air sebagai media hidup. Apabila derajat keasaman tinggi apakah itu asam atau basa menyebabkan proses fisiologis pada plankton terganggu (Sachlan, M. 1972).
2.4. Parameter Biologi
2.4.1. Plankton
Plankton adalah hewan air yang hidup mengapung di atas permukaan air dimana pergerakannya tergantung pada arus. Sehingga gerakan hidupnya tergantung pada arus atau gelombang pada air.
Plankton terdiri atas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air. Plankton terbagi menjadi Fitoplankton dan Zooplankton. Fitoplankton terdiri atas ganggang, diatom, dan dinoflagelata. Zooplankton biasanya terdiri atas rotifera, cladocera, copepoda. Plankton adalah organisme yang berkuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus. Mereka terdiri dari makhluk yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton). Menurut Nybakken (1992) zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik sedangkan fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu berfotosintesis. Plankton merupakan makanan alami larva organisme perairan. Sebagai produsen utama di perairan adalah fitoplankton, sedangkan organime konsumen adalah zooplankton, larva, ikan, udang, kepiting, dan sebagainya. Menurut Djarijah (1995), produsen adalah organisme yang memiliki kemampuan untuk menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi dalam melakukan aktivitas hidupnya, sedangkan konsumen adalah organisme yang menggunakan sumber energi yang dihasilkan oleh organisme lain (Dhani Dianthani Posted 3 May, 2003 Makalah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana /S3 Institut Pertanian Bogor).
Pada perairan mengalir plankton jarang ditemukan bahkan absen dari aliran air, karena organisme seperti ini tidak tahan oleh arus, plankton akan hidup hanya pada bagian aliran air yang bergerak perlahan dan di sungai yang besar plankton dapat berkembang biak dan menyatu sebagai bagian dari komunitas (E. P. Odum, 1998).
Peranan plankton di perairan sangat penting karena plankton merupakan pakan alami bagi ikan kecil dan hewan air lainnya. Plankton merupakan mata rantai utama dalam rantai makanan di perairan. Plankton dalam suatu perairan mempunyai peranan yang sangat penting. Plankton terdiri dari fitoplankton yang merupakan produsen utama dan dapat menghasilkan makanannya sendiri dan merupakan makanan bagi hewan seperti zoo, ikan udang dan kerang melalui proses fotosintesis dan zooplankton yang bersifat hewani dan beraneka ragam.
2.4.2. Perifiton
Perifiton merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong. Dan bentos adalah hewan dan tumbuhan yang hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.
Perifiton merupakan hewan yang ukurannya sangat kecil (mikroskopis), oleh karena itu perifiton tidak dapat dilihat oleh mata tanpa bantuan mikroskop. Perifiton adalah tumbuhan atau hewan yang tumbuh dan menempel pada objek yang tenggelam (E. P. Odum, 1998). Dalam perairan mengalir perifiton melekat pada substrat yang kokoh yang ada di sungai seperti batu, batang kayu, atau masa daun.
2.4.3. Benthos
Bentos merupakan organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar endapan. Bentos dapat dibagi berdasarkan makananya menjadi pemakan penyaring seperti (kerang) dan pemakan deposit seperti ( siput ) (E. P. Odum, 1971). Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya.  Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. karena hewan bentos terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya berubah-ubah.  Diantara hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro.  Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos (Rosenberg dan Resh, 1993).
Makrozoobentos mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien di dasar perairan.  Montagna et all.  (1989) menyatakan bahwa dalam ekosistem perairan, makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi.
Bentos meliputi segala macam avertebrata air yang hidup di permukaan dasar perairan atau di dalam sedimen dasar perairan. Dasar perairan dapat berupa lumpur, batu, kerikil, baik di laut, sungai, maupun danau (Sugiarto Suwingnyo dan Majariana Krisanti).
2.4.4. Nekton
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang dan pencernaan. Nekton merupakan organisme yang dapat bergerak dan nerenang dengan kemauan sendiri (dengan demikian dapat menghindari jaring plankton) contohnya seperti ikan, amfibi, serangga air besar dll (E. P. Odum, 1998).
2.4.5. Neuston
Neuston merupakan organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air. Organisme yang tinggal atau beristirahat di atas permukaan air, yang pergerakannya tidak di pengaruhi oleh pergerakan arus (E. P. Odum, 1998)
2.4.6. Tumbuhan Air
Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang tinggal di sekitar air dan di dalam air. Yang berfungsi sebagai produsen penghasil energi.
Tumbuhan air dapat dikelompokkan menjadi terrestrial plants adalah tumbuhan air yang seluruh organ tubuhnya belum tertutup oleh air, emerged plants adalah tumbuhan air yang akarnya berada dalam air dan bagian lainnya berada dipermukaan air, floating plants adalah tumbuhan air yang bagian akar dan batangnya berada dalam air , sedangkan daunnya mencuat ke permukaan air, dan submerged plants adalah tumbuhan air yang seluruh bagian tubuhnya berada dalam air (E. p. Odum, 1959)
3.3. Alat dan Bahan
Alat yang kita gunakan pada praktikum ini yaitu ember kecil yang digunakan untuk menuangkan air kedalaman saringan planktonet yang diikatkan dengan botol film, thermometer digunakan untuk  mengukur suhu perairan, botol film digunakan untuk wadah planktonet dan perifiton, plastik putih berukuran 1 kg digunakan untuk wadah bentos, alat-alat  tulis untuk mencatat hasil praktikum, yang kita gunakan untuk mengambil bentos, transek digunakan untuk membuat stasiun, benang nilon  digunakan untuk mengikat  thermometer, kertas label digunakan untuk memberi nama pada setiap hasil yang didapat. Schidisk digunakan untuk mengukur kecerahan perairan serta dapat kita gunakan untuk mengulur kedalaman sungai. Selain itu kita menggunakan meteran yang panjang untuk mengukur lebar sungai dan lebar badan sungai. Untuk mengukur kecepatan arus kita menggunakan bola pimpong dari ujung transek catat waktu yg di butuhkan bola pingpong untuk sampai ke ujung trasek.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah olkohol yang digunakan untuk mengawetkan perifiton dan plankton, bentos, sedangkan kertas pH digunakan untuk mengukur derajat keasaman (pH) dari perairan
  1. Net Plankton
Plankton net merupakan jaring dengan mesh size yang disesuaikan dengan plakton. Penggunaan jaring plakton selain praktis juga sampel yang diperoleh cukup banyak. Jaring plankton net biasa terbuat dari nilon, umumnya berbentuk kerucut dengan berbagai ukuran, tetapi rata-rata panjang jaring adalah 4-5 kali diameter mulutnya. Jaring berfungsi untuk menyaring air serta plakton yang berada didalamnya. Karena itu plakton yang tertangkap sangat bergantung pada ukuran mesh size, maka ukuran mesh size yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis atau ukuran plankton yang akan diamati. Ukuran plakton yag relatif besar (terutama zooplankton) menggunakan jaring No.0 atau No.3, sedangkan yang lebih untuk plankton yang lebih kecil menggunakan No.15 atau No.20. untuk perairan dangkal didaerah tropis, Wickstead menganjurkan mesh size dengan ukuran 30-50 µm untuk fitoplankton dan zooplankton  kecil. Sedangkan untuk mezooplakton yang lebih besar digunakan ukuran mesh size 150-175 µm.
Bagian akhir ujung jating terdapat bucket alat penampung plankton yang terkumpul.
Cara Menggunakan Plankton Net
Metode pengambilan sampel menggunakan plankton net terbagi atas dua cara tergantung pada tujuan yang diiginkan, biasanya dibedakan atas :
  1. Sampling Secara Horizontal: Metoda pengambilan plankton secara horizontal ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran plankton horizontal.. Plankton net pada suatu titik di laut, ditarik kapal menuju ke titik lain, penganbilan sampel seiring pergerakan kapal secara perlahan (±2 knot), plankton net ditarik untuk jarak dan waktu tertentu (biasanya ± 5-8 menit). Jumlah air tersaring diperoleh dari angka pada flowmeter atau dengan mengalikan jarak diantara dua titik tersebut dengan diameter plankton net. Flowmeter untuk peningkatan ketelitian. Dengan cara horozontal sampel terbatas pada satu lapisan saja.
  2. Sampling Secara Vertikal: Merupakan cara termudah untuk mengambil sampel dari seluruh kolom air (coposite sample). Ketika kapal berhenti, plankton net diturunkan sampai ke kedalaman yang diinginkan dengan pemberat dibawahnya. Setelah itu plankton net ditariknya keatas dengan kecepatan konstan. Untuk mesh size halus digunakan kecepatan 0,5 m/detik untuk mata jaring kasar 1,0 m/detik.
  3. Sampling Secara Miring (Obelique): jaring diturunkan perlahan ketika kapal bergerak perlahan (±2 knot). Besar sudut kawat dengan garis vertikal ± 45˚, setelah mencapai kedalaman yang diinginkan plankton net ditarik secara perlahan dengan posisi sudut yang sama. Sampel yang didapat merupakan plankton yang terperangkap dari berbagai lapisan air. Kelemahan metode ini adalah waktu yang dibutuhkan relatif lama.