Total Tayangan Halaman

Selasa, 30 April 2013

PENGARUH CAHAYA TERHADAP TINGKAH LAKU IKAN


PERTANIAN.jpgNama : Anggi Kurniasih
Nim     : 4443111749


PENGARUH CAHAYA TERHADAP TINGKAH LAKU IKAN

Tujuan :
1)    Mengetahui tingkah laku ikan terhadap cahaya lampu.
2)    Mengetahui cahaya yang di suka ikan

Pendahuluan
Tingkah laku ikan sangat dipengaruhi oleh cara ikan beradaptasi dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut diwujudkan dalam bentuk gerakan tubuh baik dari dalam maupun dari luar tubuh ikan. Salah satu organ yang berperan dalam membentuk tingkah laku ikan terhadap lingkungan adalah mata. Organ mata pada dasarnya mempunyai prinsip kerja yang sama yaitu bekerja dengan pengaruh cahaya, yang membedakan adalah ada mata yang peka terhadap cahaya terang ada pula mata yang peka terhadap cahaya gelap. Kedua sifat ini berkaitan dengan waktu keaktifan ikan. Ikan yang peka terhadap cahaya terang cenderung aktif bergerak di siang hari dan disebut ikan diurnal, sedangkan ikan yang peka terhadap cahaya gelap disebut ikan nocturnal karena ikan ini aktif bergerak di malam hari (Fujaya, 2004).
Menurut Fujaya (2004), Sebagaimana ilmu-ilmu terapan yang lain, pengembangan ilmu dan teknologi perikanan sangat ditentukan oleh pengetahuan dasar yang memadai, antara lain fisiologi. Fisiologi salah satu cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan dapat lebih mudah dipahami, bila organisasi dan fungsi sel diketahui. Lebih mendalam fisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja organ jaringan dan sel-sel organisme.
Mata semua mahluk hidup terbentuk dari acuan yang sama, namun bentuknya beranekaragam seperti halnya beraneka ragam habitat kehidupan di bumi kita ini. Ada mata yang gunanya untuk melihat di malam hari, ada pula mata yang gunanya untuk melihat siang dan malam hari, serta ada pula mata yang hanya mampu pada siang dan malam hari. Beberapa hewan menggunakan mata mereka sebagai alat untuk pertahanan diri dan juga untuk berburu mangsa (Aristi, 2010).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, dalam praktik ini menggunakan ikan nila yang kecil untuk pengujian tingakh laku ikan dengan ikan mas kio, selama 15 menit yang di lakukan. Dengan 3 cahaya lampu yaitu merah, kuning, biru, dan jenis ikan nila, ikan mas kio di dalam satu aquarium menjadi satu. Maka akan terlihat pada setiap menit ikan akan berubah tingkah lakunya.
Ikan mas koi adalah sejenis ikan mas hias yang sangat kecil dan yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Selain itu "ikan mas punten" dan "ikan mas majalaya" merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.

Langkah Kerja
Dalam praktikum ini langkah kerja yang harus di lakukan adalah pertama siapkan ikan nila dan ikan mas koi 5 ekor masing-masing kelompok kemudian siapkan aquarium yang sangat besar dan di dalam aquarium itu ada 3 tempat untuk lampu yang merah dan biru, kuning, lalu di isi air setegah aquarium tersebut. Setelah itu di pasang lampu di setiap tempat yang susad di sediakan lampu pertama biru dan lampu ke dua merah dan yang ketiga berwarna kuning.
 Lalu masukan ikan mas koi dan ikan nila lampu ruagan Leb di matikan, kemudian lampu yang tadi sudah di pasang kemudian di hidupkan. Setelah semua selesai kemudian amati setiap 1 menit dan lihat ikan akan terkumpul di lampu yang mana maka setelah 1 menit hitung ikan yang ada di permukaan,dasar dan kolom sampe seterusnya selama 15 menit dengan mengamati setiap 1 menit sekali, ada berapah ikan yang ada di permukaan, dasar dan kolom.
Setelah itu ada beberap orang yang menghitung di lampu biru dan kuning serta merah, kemudian di masukan ke data yang akan di bahas, dengan dua jenis ikan yang berbeda dan 3 lampu yang berbeda juga maka akan terlihat ikan lebih tertarik pada lampu yang mana dengan kata lain lampu itu lah yang di sukai oleh ikan dan, seberapa besar ikan yang sering ke permukaan dalam 1 menit dan yang di dasar  dengan yang di kolom juga sama seberapah % ikan aka nada di ke 3 tempat tersebut.
Setelah di dapat data selama 15 menit lalu data tersebut di masukan ke Microsoft excel data yang sudah masuk, kemudian data itu di salin ada lampu merah, biru dan kuning dengan pembagian 3 tempat permukaan, dasar, kolom. Maka akan terlihat rata-rata yang di dapat dari ketika tempat tersebut, kemudian buatlah grafik dari data tersebut. Setelah semuanya beres maka di copy ke Microsoft word lalu bahas.

Hasil dan Pembahasan
Hasil yang di dapat setelah mengamati tingkah lalu ikan grafiknya sebagai berikut :


Gambar 1 tingkal laku ikan dengan jenis ikan mas koi


           
Setelah melihat data grafik tingkah laku ikan mas koi pada dasarnya lebih efektif di siang hari di banding pada malam hari karena mereka lebih menyukai tempat yang dasar di bandingkan tempat permukaan dan kolom. Ikan yang peka terhadap cahaya terang cenderung aktif bergerak di siang hari dan disebut ikan diurnal, sedangkan ikan yang peka terhadap cahaya gelap disebut ikan nocturnal karena ikan ini aktif bergerak di malam hari (Fujaya, 2004).
Dan lebih cenderung menyukai lampu kuning di banding lampu merah dan biru karena warna kuning lebih terpancar cerah di banding lampu merah dan biru dalam data di setiap 1 menit pun mengalam hal yang sama karena ikan lebih mengumpul pada dasar lampu kuning dengan jumlah ikan yang sangat bayak, dengan demikan pula ikan nila.
Lampu merah haya setegahnya saja ikan mas koi ini berada di lampu merah dan lebih ke pada lampu kuning. Dengan setiap 1 menit penghitugan jumlah ikan pada lampu merah hasil rata-ratanya pada dasar 6.4 % berada pada warna merah. Lampu biru hampir sama dengan lampu merah, karena sedikit ikan yang menyukai warna lampu biru bisa di lihat dari hasil rata-rata ke 3 tempat permukaan 0,8, kolom 2,3  dan dasar 6,0.

Hasil Ikan Nila
Pada hasil tahapan ini dalam tingkah laku ikan pada ikan nila dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut :


Gambar 2. Tingkah laku ikan nila terhadap cahaya lampu
Dalam grafik ini sebenarnya sama saja dengan hasil grafik 1 karena hasil yang di dapat juga lebih dominan ke warna kuning sebab ikan nila dan ikan mas koi lebih menyekai warna kuning ketimbang warna merah dan biru , bisa di lihat dari grafik 1 lebih dominan tertinggi di warna kuning dan grafik 2 juga sama lebih tinggi di warna kuning di tempat dasar. Untuk ikan nila sendiri lebih bayak di warna kuning hampir setegah ikan nila itu berada di bawah lampu kuning dengan rata-rata ikan yang berkumpul di bawah lampu kuning sekitar 8,6 % ikan ada di lampu warna kuning.
Dengan permukaan relative sedang berkumpulnya ikan rata-rata ikan yang berkumpul di warna merah 1 % , kolom 3 % dan dasar 6,2. Karena warna biru tidah terlalu dominan untuk ikan di malam hari, lebih ke warna kuning dalam hal ini mungkin ikan lebih tertarik ke warna kuning karena lebih cerah dan spekturum warnanya juga mempengaruhi tingkah laku ikan yang aktif pada malam hari. Ikan yang peka terhadap cahaya terang cenderung aktif bergerak di siang hari dan disebut ikan diurnal. (Fujaya, 2004).
Walaupun tingkah laku ikan mudah diamati tetapi tidak mudah untuk
mempelajarinya karena diperlukan perencanaan yang hati-hati untuk mengamati
bagian-bagian dari tingkah laku yang menjadi tujuan pengamatan (Noakes and Baylis, 1990).

Kesimpulan
Dalam kesimpulan ini dapat di ketahui tingkah laku ikan di malam hari dengan cahaya lampu warna biru, kuning, merah itu lebih dominan ke warna kuning karena warna kuning lebih di sukai oleh ikan, ketimbang warna merah dan biru. Dari hasil praktikum dengan sempel dua ikan adalah ikan mas koi dan ikan nila dalam hal ini ikan ke dua jenis ini lebih menyukai waran kuning dan bertempat dominan dasar.
Data hasil ikan mas koi di warana lampu kuning di dasar 7,8 % dan di kolom 2,3 % di permukaan sekitar 1,4 yang ada di permukaan. Dan ikan nila dengan dasar 8,6, kolom 2,6 dan permukaan 2,8. Dengan hasil ini maka sudah terlihat bahwa ikan lebih menyukai warna kuning.

Daftar Pustaka

Anonim 1 ikan Nila dan ikan Mas koi

Anonim 2 cahaya 

Muhamad Sulaiman 2003 jurnal Tingkah Laku Ikan di akses pada tanggal 03 – April – 2013

PENURUNAN SUHU TERHADAP TINGKAH LAKU IKAN


Nama              : Anggi Kurniasih
Nim                 : 4443111749


PENGARUH PENURUNAN SUHU TERHADAP TINGKAH
LAKU IKAN

Tujuan
1.    Untuk mengetahui spesifik suhu
2.    Untuk mengetahui penurunan suhu dengan batu es

Pendahuluan
Tingkah laku ikan sangat dipengaruhi oleh cara ikan beradaptasi dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut diwujudkan dalam bentuk gerakan tubuh baik dari dalam maupun dari luar tubuh ikan. Walaupun tingkah laku ikan mudah diamati tetapi tidak mudah untuk mempelajarinya karena diperlukan perencanaan yang hati-hati untuk mengamati bagian-bagian dari tingkah laku yang menjadi tujuan pengamatan (Noakes andBaylis, 1990). Metode pengamatan tingkah laku ikan dapat dilakukan dilaboratorium dan dapat pula dilakukan langsung di lapangan
Tingkah laku ikan adalah adaptasi ikan terhadap faktor lingkungan eksternal dan internal (He, 1989).dan Cahaya merupakan bagian yang fundamental dalam menentukan tingkahlaku ikan (Woodhead, 1966). Perubahan suhu dari keadaan normal menjadi lebih panas atau lebih dingin di suatu perairan dapat dipengaruhi oleh keadaan alam seperti pemanasaan oleh matahari, perubahan musim, gejala pergeseran dasar perairan, letusan gunung merapi bawah laut dan sebagainya. Setiap jenis ikan biasanya mempunyai kisaran suhu di perairan yang cocok. Dalam keadaan suhu normal metabolisme maupun tingkah laku ikan akan berjalan dengan normal juga. Namun bila terjadi perubahan suhu, respon yang diberikan oleh ikan akan menunjukan penyesuaian metabolisme tubuhnya terhadap lingkungan untuk mempertahankan kehidupannya.
Respon yang diperlihatkan oleh ikan bjiasanya berupa perubahan tingkah laku maupun pergerakan ikan. Suhu adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih baik. Menurut Mulyadi (2006), Suhu di perairan dapat mempengaruhi kelarutan dari oksigen. Apabila suhu meningkat maka kelarutan oksigen berkurang.
Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat. Dalam praktikum ini menggunakan ikan mas koi dalam suhu bertahap.
pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf. Laevastu dan Hela (1970)

Langkah Kerja
Pertama adalah siapkan aquarium yang kosong lalu di masukan air setelah kiranya air cukup lalu masukan thermometer cek suhu awal, setelah pengecekan. Lalu siapkan batu es ke dalam aquarium dengan penurunan suhu memakai batu es, setelah suhu sesuai maka batu es di ambil lalu ikan di masukan ke aquarium yang sudah suhunya setabil, lalu di cek sesesaat apa menurun atau tidak sampai menit ke 21.
Dalam setiap menit di lihat berapah jumlah ikan yang ada di permukaan dan ada yang di dasar serta kolom, dan ikan yang oleng atau miring, hitung setiap menitnya sampai menit 21. Pada menit ke berapah jumlah ikan yang oleng atau miring.
Lalu setelah itu setelah selesai pengecekan maka suhu optimum sekitar di suhu 19 dengan harus di cek terus dan di hitung jumlah ikan.
Lalu buat tabel tentang pengujian ttingkah laku ikan dalam 21 menit dalam jumlah ikan yang ada di dasar dan kolum dan permukaan yang ada. Dan ikan yang oleng dengan keteragan.

Hasil Dan Pembahasaan
Hasil yang telah di buat dari pengaruh penurunan suhu terhadap tingkah laku ikan dengan hasil tebel sebagai berikut :

Tabel 1 pengaruh penurunan suhu terhadap tingkah laku ikan

No
Menit
Permukaan
Kolom
dasar
Oleng
Ket
1
3
1
4
10
1
Pergerakan ikan mulai melambat
2
6
2
6
7
1
3
9
2
5
8
3
4
12
1
6
8
4
5
15
1
5
9
7
6
18
4
3
8
1
7
21
2
3
10
10

Dari hasil yg di hasilkan dengan setiap penghitungan per 3 menit maka akan di dapat jumlah ikan yang ada di kolom,dasar dan permukaan serta ikan yang oleng.. dari per 3 menit maka jumlah ikan ikan yg oleng pada menit ke 9 mengalami penaikan sekitar 1 %, dengan jumlah ikan yg di dasar 8 ikan. Maka pada suhu kisaran ke 19 ikan berada di kolam san pada menit ke 18 adanya penurynan jumlah ikan oleng dengan jumlah ikan yg ada di kolom sekitar 8 ikan.
Tapi pada menit ke 21 ikan yang berada di permukaan sekitar 2 di kolom ada 3 ikan dan di dasar 10 ikan tetapi ikan yg oleng mengalami peningkatan yang sangat berbeda terhadap pada menit yang ke 15 dengan ikan yang 7 dan pada menit ke 21 ikan yang oleng mengalami peningktan menjadi 10 ikan yang oleng.
Kisaran suhu pada tinggah laku ikan terhadap penurunan suhu dengan metode penurunan suhu menggunakan batu es, kisaran suhu yang di dapat pada suhu ke 19 yang rata-ratanya pada thermometer menunjukan pada suhu ke 19 itulah suhu statrifikasi suhu yang di dapat, dengan jumlah ikan yang oleng sebayak 7 ikan, pada menit ke 15 menunjukan ikan lebih menyukai daerah dasar sebayak 9 ekor ikan karena salinitas di dasar lebih bisa menerima interasi tubuh ikan terhadap penurunan suhu.

KESIMPULAN
            Dari hasil di atas menunjukan bahwa data yang di amati dalam penurunan suhu dengan metode penurunan suhu menggunakan batu es, maka suhu yang didapat relatif kisaran suhu ke 19 dengan termomer.
            Dengan metode penuruan suhu kita bisa tau kisaran suhu ke sekian dan untuk ikan yang oleng mengalami peningkatan pada menit ke akhir pada menit ke 21 ikan yang oleng dengan jumlah ikan yang oleng dalah kisaran 10 ikan yang oleng.

DAFTAR PUSTAKA
Noakes andBaylis, 1990 tingkah laku ikan
Mulyadi (2006) penurunan suhu
Laevastu dan Hela (1970) Pengaruh suhu terhadap ikan

ISOLASI BAKTERI METODE CAWAN GEROS


Praktikum ke   : 4                                                        Mata Kuliah    : Mikrobiologi 
Hari, Tanggal : jum’at 26                                           Aseisten          : Rizki


ISOLASI BAKTERI METODE CAWAN GORES


 










Anggi Kurniasih
4443111749


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2013





ABSTRAK
Untuk mengetahui jumlah bakteri dalam suatu tempat maka perlu dilakukanlah yang namanya perhitungan. Perhitungan jumlah bakteri dapat dilakukan dengan metode cawan gores.  beberapa jenis jasad renik dapat dihitung sekaligus; kekurangannya hasil hitungannya tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni. Tujuan pada praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu dan mengetahui cara perhitungan jumlah sel dari biakan suatu bakteri, dan mempelajari cara mengisolasi bakteri dengan metode penggoresan kuadran. Dari hasil maka di dapat jumlah koloni bakteri yang hidup ada yng hidup dan tidak hidup pada metodo cawan gores.
Kata kunci : bakteri, cawan gores, isolasi, metode cawan.
PENDAHULUAN
Mikroba merupakan organisme yang sangat kecil. Untuk mengetahui banyaknya mikroba misalnya bakteri pada suatu sample sangat tidak mungkin bila kita tidak menggunakan metode penghitungan. Dalam dunia mikrobiologi, mikroba seperti bakteri dapat diperkirakan jumlahnya dengan suatu metode penghitungan. Terdapat dua metode penghitungan bakteri yaitu metode hitungan mikroskopis langsung (direct microscopis count) dan metode hitungan tak langsung (indirect count) dengan hitungan cawan, baik dengan metode penyebaran maupun metode penuangan.
Dalam aplikasinya pengetahuan mengenai jumlah bakteri penting untuk mengetahui kualitas bahan atau tujuan lain berdasarkan jumlah mikroba yang ada dalam sampel tersebut. Penghitungan bakteri secara langsung memiliki banyak kelemahan yaitu tidak dapat membedakan sel mati dan sel hidup, selain itu penghitungannya rumit karena sel bakteri sangat kecil dan berjumlah banyak. Oleh karena itu dalam praktikum ini dikaji cara menghitung jumlah sel dan biakan suatu bakteri.
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya  (Nur, I. dan Asnani, 2007).
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatubiakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati  (Afrianto, 2004).
Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi, fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu spesies  (Dwidjoseputro, 2005).
Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan

TUJUAN
Untuk agar mahasiswa mampu dan mengetahui cara perhitungan jumlah sel dari biakan suatu bakteri, dan mempelajari cara mengisolasi bakteri dengan metode penggoresan kuadran.

METODOLOGI
Praktikum Mikrobiologi dengan materi isolasi bakteri metode cawan gores dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 12 bulan April tahun 2013. Mulai pukul 15.30 sampai dengan selesai.  Di Laboraturium Pengolahan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Alat alat yang digunakan dalam praktikum tentang isolasi bakteri dengan cawan gores adalah jarum ose, cawan petri, Bunsen.
Prosedur dalam praktikum isolasi bakteri metode cawan gores

Jarum ose (panaskan- Bunsen )

Ambil media ( sedikit )

Di gores di kuadran Nol
 

Panaskan ose sampai ada bara
 

Goreskan di kuadran I (rapat)
 

Panaskan

Goreskan di kuadran II ( renggang)

Panaskan
Goreskan di kuadran III (sangat ranggeng)
 
Simpan ( incubator selama 24 jam )

Langkah pertama ambil media yang sudah di isolasi yang kemaren dalam praktikum ini ambil media yang ada di cawan petri dengan jarum ose lalu seteh itu di bakar sampai membara ke mudian goreskan ke cawan petri yg lainnya dengan sudah di kasih tanda dengan kuadran 0 sampe 3 kuadran
 








Gambar pembagian pada kuadran
Pada gambar ini adalah pembagian kuadrat pada bagian atas kuadrat I dan bagian kiri 0 pada tenagah kuadrat III dan kiri kuadran II. Pada kuadran 0 sangat rapat penggoresannya pada kuadran I rapat dan kuadran II renggang kuadran III sangat rengang.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil perhitungan dari metode cawan gores
No
Data hasil pengamatan
Keteragan
1
Kelompok 1
Kuadran 0 : 23
Kuadran 1 : 45
Kuadran 2 : 56
Kuadran 3 : 13           
Bau busuk, bentuk bulat menyebar, warna putih kekuningan

2
KELOMPOK 2
kuadran 0 : 19
kuadran 1 : 18
kuadran 2 : 0
kuadran 3 : 0
Bau busuk, bentuk bulat menyebar, warna putih kekuningan

3
KELOMPOK 3
Kuadran 0 : 0 
Kuadran 1 : 0 
Kuadran 2 : 0
Kuadran 3 : 0
-           
4
KELOMPOK 4
Kuadran 0 : 8
kuadran 1 : 6
kuadran 2 : 0
kuadran 3 : 0
Bau busuk, bentuk bulat tidak menyebar, warna putih kekuningan

5
KELOMPOK 5
Kuadran 0 : 6 
Kuadran 1 : 25           
Kuadran 2 : 0 
Kuadran 3 : 0 
Bau busuk, bentuk bulat menyebar, warna putih kekuningan

6
KELOMPOK 6
kuadran 0 : 5
kuadran 1 : 22
kuadran 2 : 1
kuadran 3 : 4
Bau busuk, bentuk bulat menyebar, warna putih kekuningan


PEMBAHASAAN
Ada beberapa metode dalam mengisolasi mikroba bakteri, fungi dan khamir (mikroorganisme) yaitu dengan menggunakan metode gores, metode tuang, metode sebar, metode pengenceran dan micromanipulator. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah teknik cawan dan cawan gores. Kedua metode ini didasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan organism sedemikian rupa sehingga tiap individu spesies dapat dipisahkan dengan lainnya.
Pada praktik ini di dapat hasil yang sangat tidak sama dengan kelompok lain karena kelompok 3 mengalami salah teknis dalam menggoreskan media, pada cawan petri, mengakibatkan bakteri tidak hidup dalam media cawan petri dalam kuadran dari 0 sampai kuadran 3. Maka dalam perhitugan hasil yang didapat tidak ada hasil sama sekali. Dengan itu cara yang kami lakukan sedikit tidak sama dengan hasil yang berbeda dengan kelompok yg lain.
Dengan kesalahan pada pengambilan media bakteri akan berpegaruh terhadap penghitugan junmlah koloni bakteri, karena dari terkontaminasi dengan api maka jumlah koloni yg di dapat akan mati terbakar dengan api, maka itu lah yang mengakibatkan bakteri kelompok kami tidak hidup. Dengan kata lain jumlah kaloni tidak hidup oleh pembakaran tadi, karena bakteri akan mati kalau di bakar.
Dalam hal tidak ada perhitugan dalam kuadran 0, kuadran I, kuadran II, kuadran III, karena tidak tumbuh koloni bakteri yang kami gores dalam cawan petri.

KESIMPULAN DAN SARAN
Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungan, sehingga diperoleh kultur murni. Dari hasil yang didapat maka jumlah koloni dari kelompok kami tidah bisa hidup karena terkontaminasi dengan api. Dan dengan metode cawan geros kita bisa tau cara perhitungan dengan cawan gores.
Media ini media yang kemaren yang sudah di isolasi dengan bahan danging ikan payus. Dengan media TSA.
SARAN
Harapannya kedepan laboratorium dapat lebih memadai lagi baik dari segi alat maupun bahan.
DAFTAR PUSTAKA
Volk, dan Wheeler., 1993, Dasar- Dasar Mikrobiologi, Erlangga, Jakarta. Di akses pada tanggal 20-april-2013
http://www.scribd.com/doc/43096211/isolasi-mikroba Di akses pada tanggal 20-april-2013
http://salzcha.wordpress.com/2012/12/23/isolasi-mikroba/ Di akses pada tanggal 20-april-2013