LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
DI
LONTAR KABUPATEN SERANG
“EKOSISTEM
MANGROVE DAN PENANAMAN MANGROVE”
Di
Susun Oleh :
Anggi
Kurniasih
4443111749
JURUSAN
PERIKANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2013-2014
Kata
Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT atas limpahan karunia-Nya sehingga
laporan Praktikum Ekosistem Mangrove dan Penanaman Mangrove ini dapat diselesai. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurah bagi Nabi Muhamad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.
Laporan
Praktikum ini merupakan salah satu tugas praktik lapangan yang di laksanakan di
Pesisir Pantai Lontar Kabupaten Serang , dalam praktikum mata kuliah ekologi
perairan. Dengan dosen pengampu Bapak Adi Susanto, S.Pi.,M.Si serta Ibu Nuniek
Hermita, S.Hut.,M.Si dan Bapak Saifullah, S.Pi., M.Si. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat dalam pembelajaran.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan
laporan praktikum ekologi ini. Saran dan kritik saya nantikan.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ............................................................................................... i
Daftar
isi ......................................................................................................... ii
Bab
1 Pendahuluan
1.1 latar
belakang ........................................................................................... 1
1.2 tujuan ...................................................................................................... 2
Bab
2 Tinjaun Pustaka
2.1
Parameter fisika perairan .......................................................................... 3
2.2.1
Kecerahan ............................................................................................. 3
2.2.2 Tipe
Subtrat ........................................................................................... 3
2.2.3
Suhu ....................................................................................................... 3
2.3
Parameter kimia perairan
2.3.1
DO (oksigen terlarut) ............................................................................ 4
2.3.2
Derajat
Keasaman (pH) ........................................................................ 5
2.3.3 Salinitas .................................................................................................. 5
2.4
Parameter Biologi Perairan ....................................................................... 5
2.4.1. Plankton ................................................................................................ 5
2.4.2. Perifiton ................................................................................................ 6
2.4.3. Benthos ................................................................................................. 7
2.4.4. Nekton .................................................................................................. 7
2.4.5. Neuston ................................................................................................ 8
2.5
Penanaman Mangrove .............................................................................. 8
2.5.1
Koordinasi ............................................................................................. 8
2.5.2 Perencanana lapangan ........................................................................... 8
2.5.3 Pemilihan
bibit mangrove ...................................................................... 9
2.5.4
. Persemaian bibit mangrove.................................................................. 10
2.5.5
Pembibitan Mangrove........................................................................... 10
2.5.6 TEKNIS (
bibit mangrove)..................................................................... 11
BAB 3 METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat .................................................................................. 12
3.2
Alat dan Bahan......................................................................................... 12
3.3
Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 13
BAB
4 HASIL DAN PEMBAHASAAN
4.1
Hasil ......................................................................................................... 15
4.2
Pembahasaan ............................................................................................ 18
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 20
5.2. Saran...................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
HUTAN mangrove adalah
hutan yang berada di daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air
laut, sehingga lantai hutannya selalu tergenang air. Menurut Steenis (1978)
mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh di antara garis pasang surut.
Nybakken (1988) bahwa hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk
menggambarkan suatu komunitas pantai tropik didominasi oleh beberapa spesies
pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam
perairan asin.
Beberapa jenis umum yang dijumpai di Indonesia adalah Bakau
(Rhizophora), Api-api(Avicennia), Pedada(Sonneratia), Tanjang (Bruguiera),
Nyirih (Xylocarpus). Komposisi jenis tumbuhan penyusun ekosistem ditentukan
oleh beberapa faktor lingkungan, terutama jenis tanah, genangan pasangan pasang
surut dan salinitas (Bengen 2001). Pada wilayah pesisir yang terbuka, jenis
pohon yang dominan dan merupakan pohon perintis umumnya adalah api-api dan
pedada.
Ekosistem mangrove
merupakan komunitas tumbuhan pesisir yang memiliki manfaat sangat besar, antara
lain sebagai daerah pemijahan jenis ikan tertentu, daerah asuhan ikan-ikan
ekonomis penting, penyedia nutrien dan zat hara penting, serta fungsi fisik
yang sangat besar seperti menjaga daerah pesisir dari abrasi dan gelombang
tsunami.
Penanaman mangrove ini
sangat penting untuk masa depan karena ekosistem mangrove ini sangat lah mudah
untuk di tanam, Untuk spesies Rhizophora dan Bruguiera, yaitu jenis mangrove
yang buahnya berbentuk seperti kacang panjang cukup mengambil propagul (buah
mangrove), kemudian buka penutup buahnya (bagian atas) dan langsung
tancapkanlah ke dalam lumpur, dengan kedalaman kira-kira 1/3-nya atau sampai
dengan propagul itu kuat menancap di lumpur. Akan lebih baik lagi, apabila Anda
mencari potongan ranting/bambu dan mengikatkan propagul itu pada potongan
ranting/bambu itu, dengan tali rafia. Untuk jarak tanam, bisa gunakan 1 meter x
1 meter.
Stabilitas
substrat, kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan mangrove adalah nibah (ratio)
antara laju erosi dan pengendapan sedimen, yang sangat dipengaruhi oleh
kecepatan aliran air tawar dan muatan sedimen yang dikandungnya, laju
pembilasan oleh arus pasang surut, dan gaya gelombang. Sedang pasokan nutrien
bagi ekosistem mangrove ditentukan oleh berbagai proses yang saling yang
terkait, meliputi input/export dari ion-ion mineral anorganik dan bahan organik
serta pendaurulangan nutrien secara internal melalui jaring makanan berbasis
detritus.
Konsentrasi relatif dan nisbah (ratio)
optimal dari nutrien yang diperlukan untuk pemeliharaan produktivitas ekosistem
dan ditentukan oleh :
Ø
Frekuensi,jumlah dan lamanya penggenangan oleh air asin atau air tawar
Ø Dinamika sirkulasi internal dari kompleks detritus
(Odum 1982)
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut untuk mengetahui jenis
mangrove di lontar kabupaten serang dan juga mengetahui cara penanaman mangrove
yang ada di pesisir lontar.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Parameter fisika perairan
2.2.1 Kecerahan
Dalam hal ini
kecerahan merupakan parameter fisika yang berhubungan dengan fotosintesis
karena pengaruh penetrasi cahaya yang masuk ke dalam aliran sungai.
Penetrasi
cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona
fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan,
terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat mengendap,
seringkali penting sebagai faktor pembatas. Sebaliknya, bila kekeruhan
disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi produktivitas
(E. P. Odum, 1971).
2.2.2 Tipe Subtrat
Tipe substrat
pada perairan mengalir pada hutan mangrove
berupa lumpur dan pasir, Dalam
pengamatan ekologi mangrove tipe
substrat yang banyak kita amati berupa lumpur dan pasir.
2.2.3 Suhu
Suhu
berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan
organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup
pada kisaran suhu tertentu.
Daerah perairan
yang cukup luas dapat mempengaruhi iklim daerah daratan di sekitarnya.Suhu air
paling baik dan efisien diukur menggunakan sensor elektronis seperti Air
mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara
bersama-sama mengurani perubahan suhu sampai tingkat minimal, sehingga
perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat
dari pada udara.
2.3
Parameter kimia perairan
2.3.1
DO (oksigen terlarut)
Untuk
mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati
beberapa parameter kimia, sepeti oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =
DO) dan kebutuhan oksigen biologis (Biological Oxygen Demand = BOD).
Tulisan ini lebih difokuskan pada dua parameter dimaksud. Oksigen terlarut (Dissolved
Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses
metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama
oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas
dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan
difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan
air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang
dan pasang surut.
ODUM
(1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin
rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan
permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara
air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya
kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses
fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan
untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik Keperluan
organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium
dan aktifitasnya.
2.3.2 Derajat Keasaman (pH)
Derajat
keasaman (pH) merupakan parameter kimia yang menunjukan salinitas atau drajat
keasaman dari suatu perairan dimana biota air dapat hidup didalamnya, pH yang
ideal berkisar antar 6,5-8,5. Dimana setiap organisme air memiliki toleransi pH
yang berbeda. Larutan atau air dikatakan asam jika pH-nya < 7, dikatan basa
jika pH-nya > 7, sedangkan jika pH-nya = 7 maka larutan tersebut dikatakan
seimbang (Purba, Michael. “Sains Kimia” .1994).
Derajat
keasaman (pH) berpengaruh sangat besar terhadap tumbuhtumbuhan dan hewan air
sehingga sering digunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau tidaknya
kondisi air sebagai media hidup. Apabila derajat keasaman tinggi apakah itu
asam atau basa menyebabkan proses fisiologis pada plankton terganggu (Sachlan,
M. 1972).
2.3.3 Salinitas
Salinitas menunjukkan kadar garam pada suatu
perairan. Kadar garam merupakan ciri pembeda a ntara ekosistem air tawar dan
air asin.
2.4
Parameter Biologi Perairan
2.4.1. Plankton
Plankton adalah
hewan air yang hidup mengapung di atas permukaan air dimana pergerakannya
tergantung pada arus. Sehingga gerakan hidupnya tergantung pada arus atau
gelombang pada air.
Plankton
terdiri atas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak
pasif) mengikuti gerak aliran air. Plankton terbagi menjadi Fitoplankton dan
Zooplankton. Fitoplankton terdiri atas ganggang, diatom, dan dinoflagelata.
Zooplankton biasanya terdiri atas rotifera, cladocera, copepoda. Plankton
adalah organisme yang berkuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus.
Mereka terdiri dari makhluk yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan
sebagai tumbuhan (fitoplankton). Menurut Nybakken (1992) zooplankton ialah
hewan-hewan laut yang planktonik sedangkan fitoplankton terdiri dari tumbuhan
laut yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu berfotosintesis.
Plankton merupakan makanan alami larva organisme perairan. Peranan plankton di
perairan sangat penting karena plankton merupakan pakan alami bagi ikan kecil
dan hewan air lainnya. Plankton merupakan mata rantai utama dalam rantai
makanan di perairan. Plankton dalam suatu perairan mempunyai peranan yang
sangat penting. Plankton terdiri dari fitoplankton yang merupakan produsen
utama dan dapat menghasilkan makanannya sendiri dan merupakan makanan bagi
hewan seperti zoo, ikan udang dan kerang melalui proses fotosintesis dan
zooplankton yang bersifat hewani dan beraneka ragam.
2.4.2. Perifiton
Perifiton
merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda
lain, misalnya keong. Dan bentos adalah hewan dan tumbuhan yang hidup pada
endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya
cacing dan remis.
Perifiton
merupakan hewan yang ukurannya sangat kecil (mikroskopis), oleh karena itu
perifiton tidak dapat dilihat oleh mata tanpa bantuan mikroskop. Perifiton
adalah tumbuhan atau hewan yang tumbuh dan menempel pada objek yang tenggelam
(E. P. Odum, 1998). Dalam perairan mengalir perifiton melekat pada substrat
yang kokoh yang ada di sungai seperti batu, batang kayu, atau masa daun.
2.4.3. Benthos
Bentos
merupakan organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar endapan. Bentos
dapat dibagi berdasarkan makananya menjadi pemakan penyaring seperti (kerang)
dan pemakan deposit seperti ( siput ) (E. P. Odum, 1971). Hewan bentos hidup
relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan,
karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok
hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor
lingkungan dari waktu ke waktu. karena hewan bentos terus menerus terdedah oleh
air yang kualitasnya berubah-ubah.
Bentos meliputi
segala macam avertebrata air yang hidup di permukaan dasar perairan atau di
dalam sedimen dasar perairan. Dasar perairan dapat berupa lumpur, batu,
kerikil, baik di laut, sungai, maupun danau (Sugiarto Suwingnyo dan Majariana
Krisanti).
2.4.4. Nekton
Ekosistem air
tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan
menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air
tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan
osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem
ekskresi, insang dan pencernaan. Nekton merupakan organisme yang dapat bergerak
dan nerenang dengan kemauan sendiri (dengan demikian dapat menghindari jaring
plankton) contohnya seperti ikan, amfibi, serangga air besar dll (E. P. Odum,
1998).
2.4.5. Neuston
Neuston
merupakan organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau
bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air. Organisme yang tinggal
atau beristirahat di atas permukaan air, yang pergerakannya tidak di pengaruhi
oleh pergerakan arus (E. P. Odum, 1998)
2.5 Penanaman Mangrove
Penanaman mangrove ini sangat
penting untuk masa depan karena ekosistem mangrove ini sangat lah mudah untuk
di tanam, Untuk spesies Rhizophora dan Bruguiera, yaitu jenis mangrove yang
buahnya berbentuk seperti kacang panjang cukup mengambil propagul (buah
mangrove), kemudian buka penutup buahnya (bagian atas) dan langsung
tancapkanlah ke dalam lumpur, dengan kedalaman kira-kira 1/3-nya atau sampai
dengan propagul itu kuat menancap di lumpur. Akan lebih baik lagi, apabila Anda
mencari potongan ranting/bambu dan mengikatkan propagul itu pada potongan
ranting/bambu itu, dengan tali rafia. Untuk jarak tanam, bisa gunakan 1 meter x
1 meter.
cara menanam mangrove
dari awal yang benar :
2.5.1
KOORDINASI
- Perizinan
- Teknis acara
- Pemberitahuan
dan ikut serta masyarakat setempat
2.5.2 PERENCANAAN LAPANGAN
yang harus diperhatikan persiapan sebelum kegiatan:
yang harus diperhatikan persiapan sebelum kegiatan:
- lokasi,
- zonasi,
- pola,
- tata ruang,
- waktu penyetoran - penanaman
- Jenis Mangrove (Rhyzophora spp., Avecennia spp., dll)
- jumlah bibit jumlah
- peserta penanaman
2.5.3 Pemilihan bibit mangrove
Penanaman mangrove dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
menanam langsung buahnya, cara ini memiliki tingkat keberhasilan antara 20-30%.
Cara lain adalah melalui persemaian bibit, dengan tingkat keberhasilan antara
60-80%.
Untuk memperoleh bibit mangrove yang baik, pengumpulan buah (propagule) dapat dilakukan antara bulan September hingga bulan Maret, dengan karakteristik sebagai berikut berdasarkan jenis tanaman mangrove:
Untuk memperoleh bibit mangrove yang baik, pengumpulan buah (propagule) dapat dilakukan antara bulan September hingga bulan Maret, dengan karakteristik sebagai berikut berdasarkan jenis tanaman mangrove:
1.
Bakau
(Rhizophora spp.), buah sebaiknya dipilih dari pohon yang telah berusia di atas
10 tahun, buah yang baik dicirikan oleh hampir lepasnya bonggol buah dan batang
buah, ciri buah yang sudah matang untuk jenis :
2.
bakau
besar (Rhizophora mucronata): warna buah hijau tua atau kecoklatan
dengan kotiledon (cincin) berwarna kuning
o
bakau
kecil (Rhizophora apiculata): warna buah hijau kecoklatan dan warna
kotiledon merah.
o
Tancang
(Bruguiera spp.), buah dipilih dari pohon yang berumur antara 5-10
tahun, ciri buah yang matang: batang buah hampir lepas dari bonggolnya
3.
Api-api
(Avicennia spp.), bogem (Sonneratia spp.) dan bolicella (Xylocarpus
granatum)
o
ciri
buah yang matang: warna kecoklatan, agak ketas dan bebas dari hama penggerek
o
lebih
baik buah yang sudah jatuh dari pohon
2.5.4 . Persemaian bibit mangrove
1.
Pemilihan
tempat:
o
lahan
yang lapang dan datar,
o
dekat
dengan lokasi tanam,
o
terendam
air saat pasang, dengan frekuensi lebih kurang 20-40 kali/bulan, sehingga tidak
memerlukan penyiraman.
2.
Pembuatan
bedeng persemaian
o
ukuran
bedeng disesuaikan dengan kebutuhan, umumnya berukuran 1 x 5 meter atau 1×10
meter dengan tinggi 1 meter,
o
Bedeng
diberi naungan ringan dari daun nipah atau sejenisnya,
o
Media
bedengan berasal dari tanah lumpur di sekitarnya,
o
Bedeng
berukuran 1 x 5 meter dapat menampung bibit dalam kantong plastik (10 x 50 cm)
atau dalam botol air mineral bekas (500 ml) sebanyak 1200 unit, atau 2.250 unit
untuk bedeng berukuran 1 x 10 meter.
2.5.5 Pembibitan
Mangrove
·
Buah
disemaikan langsung ke kantong- kantong plastik atau ke dalam botol air mineral
bekas yang sudah berisi media tanah.
·
Sebelum
diisi tanah, bagian bawah kantong plastik atau botol air mineral bekas diberi
lubang agar air yang berlebihan dapat keluar.
Khusus untuk buah bakau
(Rhizopora spp.) dan tancang (Bruguiera spp.), sebelum disemaikan sebaiknya
disimpan dulu di tempat yang teduh dan ditutupi dengan karung basah selama 5-7
hari. Hal ini bermanfaat untuk menghindari batang bibit
2.5.6 TEKNIS
( bibit mangrove)
- Di Pasang -surut: (Tepi Pantai)
·
Proses pengangkutan bibit dan
peletakannya (tempat berair dan teduh)
·
Jarak tanam, pemasangan ajir secara
tersusun rapi dan berpola dengan jarak tanam 1.5 m
·
Pembuatan lubang tanam dengan
menggunakan tangan maupun alat bantu sedalam 15 -20 cm
·
Membuka polibag dengan cara yang benar
(jangan sampai merusak akar)
·
Di tanam dengan hati-hati (dengan
membaca do'a/ bismillah)
·
Tutup lubang tanam dan padatkan serta
tinggikan tanahnya agak cembung
·
Ikat mangrove dengan ajir, (jangan
kencang-kencang)
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Waktu
dan Tempat
Praktikum lapang mata kuliah Ekologi Mangrove dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 22 Desember
2012 pada pukul 06.00
wib waktu
pemberagkatan di Pesisir Lontar Kabupaten Serang . Waktu
praktikum pada waktu 08.00 Pagi sampai dengan selesai. Dan diikuti oleh mahasiswa/i semester 3
jurusan perikanan fakultas pertanian unversitas sultan ageng tirtayasa Banten.
3.2 Alat
dan Bahan
Alat yang kita
gunakan pada praktikum ini yaitu ember kecil yang digunakan untuk menuangkan
air kedalaman saringan planktonet yang diikatkan dengan botol film, thermometer
digunakan untuk mengukur suhu perairan, botol film digunakan untuk wadah
planktonet dan perifiton, plastik putih berukuran 1 kg digunakan untuk wadah
bentos, alat-alat tulis untuk mencatat hasil praktikum, yang kita gunakan
untuk mengambil bentos, benang nilon digunakan untuk mengikat
thermometer, kertas label digunakan untuk memberi nama pada setiap hasil yang
didapat. Schidisk digunakan untuk mengukur kecerahan perairan serta dapat kita
gunakan untuk mengulur kedalaman sungai. Selain itu kita menggunakan meteran
yang panjang untuk mengukur lebar mangrove
dan lebar pohon mangrove. Dan tali rapia untuk menhetahui semai dari
pohon mangrove dan untuk menghitung bayak pohon.
Bahan yang
digunakan pada praktikum kali ini adalah olkohol yang digunakan untuk
mengawetkan perifiton dan plankton, bentos, sedangkan kertas pH digunakan untuk
mengukur derajat keasaman (pH) dari perairan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Suhu
Thermometer
masukkan ujung thermometer ke dalam perairan, tunggu kurang lebih 3 menit, lalu
catat nilai suhu yang di tunjukan pada thermometer.
3.3.2 Salinitas
Siapkan alat
buka penutup tempat di teteskannya sampel air lakukan kalibrasi terlebih dahulu
(tetesi dengan aquades kemudian lab dengan tisu), tetesi sampel dengan air
sampel dan pada tempatnya lalu tutup kembali lihat hasil melalui teropng pada
pangkal alat (pastikan terdapat cahaya matahari yang cukup cerah)
3.3.3 pH
Ambil kertas
indicator 1 lalu ambl sampel air yg akan di amati lalu di celupkan ke dalam
sampel tersebut tunggu, setelah itu ambil lambel yg ada di kotak indicator lalu
cocokan. Nanti hasil yg di dapat menandakan phnya berah.
3.3.4 Do
Sambungkan
kabel electrode kedalam potr yang sesuai, tekan tombol on untuk menyalakan
tunggu sambil stabil, sebelum melakukan uji coba terlebih dahulu kalibrasi dulu
dengan aquades lalu lap dengan tisu, lalu celupkan electrode ke dalam buffter
tekan raad tunggu. Lalu cacatan hasil yg di dapat.
3.3.5 Kecerahan
Siapkan alat
sechdisk diturunkan ke dalam perairan lalu catat kedalamam saatsechidisk tidak
terlihat tarik perlahaan sechidisk hingga terlihat kembali catat kedalaman
menggunakan penggaris atau tongkat ukur.
3.3.6 Plankton Net
Siapkan plankton net lalu ambil
sampel di tiga tempat tetapi dalam praktik kali ini Cuma mengunakan satu lokasi
saja. Lalu caranya kita siapkan transek lalu ambil plankton net siapkan ember
untuk mengambil sampel tersebut. Plankton net di akngkat lalu ambil air terus
dimasukan kedalam plankton net sebayank 3 kli berturut-turut, kemudian setelah
itu copot botol flim yg ada di dalam plankton net tersebut .
3.3.7 Penghitungan pohon mangrove
Dengan menggunakan tali rapid an meteran lalu kita ukur satu-satu
persatu pohon yang sudah kita stasiunkan. Dengan menggunakan meteran kita tau
berapah lebar pohon diameternya berapah.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAAN
4.1
Hasil
No
|
Parameter
|
Hasil
|
||
1
|
Semai
pohon
|
18
|
||
2
|
Jumlah
pohon
|
27
|
||
3
|
Ph
|
7
|
||
4
|
Do
|
1.38
mgl
|
||
5
|
Suhu
|
28,7
oC
|
||
6
|
Salinitas
|
3,2
|
||
7
|
Kedalaman
|
71
|
||
8
|
Kecerahan
|
10
|
13
|
14
|
4.4.2
diameter pohon
No
|
Jumlah Pohon
|
Diameter
|
1
|
Pohon
ke 1
|
15cm
|
2
|
Pohon ke 2
|
16cm
|
3
|
Pohon
ke 3
|
15cm
|
4
|
Pohon
ke 4
|
14 cm
|
5
|
Pohon
ke 5
|
15cm
|
6
|
Pohon
ke 6
|
19cm
|
7
|
Pohon
ke 7
|
15cm
|
8
|
Pohonke
8
|
16cm
|
9
|
Pohon
ke 9
|
16cm
|
10
|
Pohon
ke 10
|
16cm
|
11
|
Pohon
ke 11
|
19cm
|
12
|
Pohon
ke 12
|
17cm
|
13
|
Pohon
ke 13
|
19cm
|
14
|
Pohon
ke14
|
17cm
|
15
|
Pohon
ke 15
|
15cm
|
16
|
Pohon
ke 16
|
17cm
|
17
|
Pohon
ke 17
|
16cm
|
18
|
Pohon
ke 18
|
16cm
|
19
|
Pohon
ke 19
|
14cm
|
18
|
Pohon ke 18
|
16cm
|
19
|
Pohon
ke 19
|
15cm
|
20
|
Pohon
ke 20
|
15cm
|
21
|
Pohon
ke 21
|
16cm
|
22
|
Pohon
ke 22
|
16Cm
|
23
|
Pohon
ke 23
|
16Cm
|
24
|
Pohon
ke 24
|
17Cm
|
25
|
Pohon
ke 25
|
19Cm
|
26
|
Pohon
ke 26
|
13Cm
|
27
|
Pohon
ke 27
|
17 Cm
|
4.4.3
Sampel plankton
No
|
Jenis
Plankton
|
1
|
Gonatozyon sp
|
2
|
Pleurosigma sp
|
3
|
spirulina sp
|
4.4.4 Tabel Klasifikasi
Jenis Plankton
|
Gambar
|
Klasifikasi
|
Gonatozygon
sp
|
|
Kingom : Protozoa
Filum : charophyta
Kelas: zygnematophyceae
Ordo: zygnematates
Family : -
Genus : gonotozygon
Spesies : Gonatozyon sp
|
Pleurosigma sp
|
|
Kingom : Plakton
Filum : bacillariopyta
Kelas: bacillariophyeaae
Ordo: naviculaceae
Family : -
Genus : pleurosigma
Spesies : Pleurosigma sp
|
spirulina sp
|
|
Kingdom : fitoplankton
Filum : cyanophyta
Kelas: cyanophyceae
Ordo : Nostacaies
Family : oscilatoriaceae
Genus : spirolina
Spesies : spirulina sp
|
5.1
Pembahasaan
Setelah kami melakukan observasi di
kawasan hutan mangrov yang berada di Kabupaten serang di lokasi lontar .
1.
Kimia, diantaranya : DO, pH,
salinitas
2.
Fisik, diantaranya :, suhu,
tipe substar, kecerahan
3. Biologi, diantaranya : plankton dan tumbuhan air, bentos
Serta jenis mangrove yang ada di
lontar.
Dari
hasil di atas menunjukan anakan pohon mangrove adalah 18 pohon yang ada di
lontar terdapat beberapa pohon yang terdiri dari anakan sekitar 18 dan jumlah
pohon 27 batang. Jenin pohon ini adalah salah satunya jenis (Rhizopora spp.)
(Bruguiera spp.) itu yang sering di tanam untuk di lontar. Tipe subtar
dilapangan adalah lumpur pekat, waktu penanaman mangrove adalah pada saat surut
kisaran jam 1 siang.
Stasiun
1
di
kisaran ke dalaman 71 di lakuakan pengambilan plankton dengan pH 7 serta Do
1,38 dengan salinitas 3.2, kecerahan kisaran 10 samape dengan 14. Untuk
plankton ada tiga jenis dari sampel 1 jenis ini adalah Gonatozygon sp, Pleurosigma sp, spirulina sp. dimana kedua jenis pohon tersebut merupakan jenis
pohon (karakteristik)yang ada di kawasan hutan mangrove, Bakau merupakan pohon besar, dengan akar tunjang
yang menyolok dan bercabang-cabang.
Klasifikasi Bakau
Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
SuperDivisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
SubKelas :Rosidae
Ordo :Myrtales
Spesies : Rhizophora mangle
Kingdom : Plantae
Divisi
|
:
|
Magnoliophyta
|
Kelas
|
:
|
Magnoliopsida
|
Bangsa
|
:
|
Rhizophorales
|
Suku
|
:
|
Rhizophoraceae
|
Marga
|
:
|
Bruguiera
|
Jenis
|
:
|
Bruguiera gymnorrhiza
|
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hutan
mangrove sebagai salah satu dari tipe formasi hutan, adalah
komunitas hutan tersendiri yang merupakan tumbuhan utama intertidal tropic, dan
terdiri atas banyak flora dan fauna yang hidup di area sub tropic pesisir
pantai. Dengan demikian dapat dipahami keberadaannya yang khas dan tempat
tumbuhnya terbatas sehingga perlu diamankan dari berbagai bentuk
intervensi.Hutan bakau dengan keragaman hayatinya juga menyimpan khazanah ilmu
pengetahuan tentang flora dan fauna yang memiliki makna bagi kebutuhan hidup
manusia dalam berbagai aspeknya.
Dapat disimpulkan pula yaitu sebagai berikut :
1.
Dari
parameter yg kita lakukan meliputi kedalaman perairan kisaran 71 cm dengan suhu
yang tidak stabil 28,7 oC.
dan Do meter hasil percobaan yg kita lakukan adalah 1.38 ppm.
2.
Jenis mangrove yang ada di lontar jenis
yang sering di tetemukan adalah jenis Rhizophora mangle, Bruguiera
spp.
5.2 Saran
Saran
saya adalah agar pemanfaatan lahan mangrove sebagai lahan usaha tambak dikelola
sebaik-baiknya dengan perencanaan matang oleh pihak pemerintah dan masyarakat,
tanpa mengesampingkan aspek kelestarian ekosistem mangrove. Selanjutnya kepada
mahasiswa agar banyak melakukan penelitian yang berhubungan dengan upaya
pemanfaatan pelestarian hutan magrove.
DAFTAR PUSTAKA
Ajo
2009 observasi-hutan-mangrove.html Di Akses pada tanggal 30-12-2012
Dinas
kehutanan 2012 http://dinas-kehutanan
/2012/07/cara-menanam-mangrove-yang-benar.html Di Akses pada tanggal 30-12-2012
Dinas
kehutana 2012 http://desakuhijau.org/persemaian-dan-pembibitan- mangrove/ Di Akses pada tanggal
30-12-2012
Edi
Fajar Prahastianto 2011. (http//:jenis-jenis.plakton.html) Di
Akses pada tanggal 30-12-2012
Hendra
surianta's 2010 EKOSISTEM MANGROVE Di Akses pada tanggal 30-12-2012
Rawa
badak 2011 Penanaman Pohon Mangrove Peringati Hari Nusantara Di Akses pada
tanggal 30-12-2012
Nonjdi
2011 - http://id.wikipedia.org/wiki/ Rhizophora mangle.html Di
Akses pada tanggal 30-12-2012
LAMPIRAN
Hasil Ph di Lokasi
Menghitung Do mengambil sampel plankton
Retaktormetr perakaran pada pohon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar