Laporan
Kesehatan ikan kamis,05
Desember 2013
PENGAMBILAN SEL DARAH MERAH DAN SEL
DARAH PUTIH PADA IKAN AIR TAWAR
Oleh
ANGGI KURNIASIH
4443111749
Asisten
Dian Yuliana
Iin Inawati
Ida Hadhijah
Muhlisoh
Riski Hartika
Siska
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2013
ABSTRAK
Komoditas
perikanan air tawar paling mungkin peningkatan produksi ikan lele .
Clarias batrachus. Konsumsi ikan lele pada beberapa tahun terakhir ini
semakin meningkat. Jika dahulu dipandang sebagai ikan murahan dan hanya
dikonsumsi oleh keluarga petani saja,
sekarang ternyata konsumen ikan lele semakin meluas. Rasa daging yang khas serta cara memasak dan
menghidangkannya yang secara tradisional, menu ikan lele menjadi kegemaran masyarakat
luas. Sampel darah Ikan diambil untuk
diamati terhadap nilai hematokrit, konsentrasi hemoglobin, jumlah Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rataan jumlah leukosit
total adalah (143,5 ± 7,01) x 103/mm3, limfosit 71,9 ± 1,98%.,
heterofil 27,8 ± 1,90%, monosit 0,1 ± 0.39%. Eosinofil dan basofil tidak
ditemukan pada ke 17 sampel darah ikan lele yang diperiksa. Rataan nilai
hematokrit yaitu 16,6 ± 3,23%, dan rataan konsentrasi hemoglobin 6,1±0,88 gr%.
Dengan hasil 1,4 x 10 5 sel / mm3 Sel darah putih
total, dan differensiasi leukosit. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Darah dianggap sebagai
jaringan khusus yang menjalani sirkulasi, terdiri dari sel-sel yang terendam
dalam plasma darah. Aliran dalam seluruh tubuh menjamin lingkungan yang tetap,
agar semua jaringan sel mampu melaksanakan fungsinya. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui parameter gambaran
darah pada ikan lele (Clarias batrachus), dan mengetahui
histology dari darah merah dan putih ikan lele.
Kata
kunci : ikan lele, sel darah merah,
1
PENDAHULUAN
Sistem budidaya perikanan air tawar yang hingga kini telah mencapai tahap intensifikasi tidak terlepas dari resiko biologis, yaitu munculnya penyakit (Khairuman, 2008).
Upaya pencapaian
pemenuhan kebutuhan protein hewani masih terus dilakukan oleh pemerintah, dimana salah satu
contoh sumber protein hewani adalah
ikan. Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi di bidang perikanan yang luar biasa. Hal tersebut ditunjukkan
dengan luasnya lautan dan banyaknya
danau serta sungai, yang dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat (Irianto
2005).
Pada
awalnya, pemeliharaan ikan lele (Clarias spp) di kalangan masyarakat dilakukan sebagai kegiatan sambilan saja. Ikan
lele sering dipelihara di kolam pekarangan
yang menampung air limbah rumah tangga. Hal ini disebabkan karena sifat ikan lele yang mampu hidup di dalam
lingkungan air yang kotor dan kekurangan
oksigen. Pemberian pakan pada ikan lele yang dipelihara di dalam kolam pekarangan biasanya berupa sisa – sisa
makanan, sehingga pertumbuhannya lambat
(Suyanto 2007).
Salah
satu indikator terjadinya infeksi pada ikan yaitu adanya perubahan pada gambaran darah. Ikan yang terinfeksi akan
mengalami perubahan pada konsentrasi
hemoglobin, jumlah leukosit total dan jumlah eritrosit (Lagler et al., 1977). Pemeriksaan darah ikan merupakan faktor
penting dalam membantu diagnosis,
prognosis dan terapi. Oleh karena itu untuk mengetahui status kesehatan ikan, perlu dilakukan pemeriksaan
darah (Irianto 2005).
Gambaran
darah suatu organisme dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan yang
sedang dialami oleh organisme tersebut. Dalam budidaya, diketahuinya faktor
kesehatan ikan sangat penting guna mencapai suatu target yang diinginkan untuk
mencapai suatu keberhasilan. Oleh karena itu, maka praktikum ini mempelajari
mengenai gambaran darah dari sampel ikan yaitu ikan lele.
Konsumsi ikan lele
(Clarias spp) di Indonesia pada beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Jika dahulu ikan
lele dipandang sebagai ikan murahan dan
hanya dikonsumsi oleh keluarga petani saja, pada saat ini konsumen ikan lele semakin meluas. Rasa daging yang khas serta
cara memasak dan menghidangkannya yang
secara tradisional, membuat menu ikan lele menjadi kegemaran masyarakat luas. Oleh karena harga
ikan lele kian meningkat, sehingga menjadi
perangsang bagi petani untuk membudidayakan ikan lele secara intensif (Suyanto
2007).
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui parameter gambaran darah pada ikan lele (Clarias batrachus), dan mengetahui histology dari
darah merah dan putih ikan lele.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Lele (Clarias spp)
Ikan lele (Clarias spp)
menurut Suyanto (2007) termasuk ke dalam filum Chordata, kelas Pisces,
sub-kelas Teleostel, ordo Ostariophysi, sub-ordo Siluroidea, famili Clariidae, genus Clarias
spp. Ikan lele (Clarias spp) mempunyai
ciri – ciri yang bisa digunakan untuk membedakan
dengan jenis ikan lainnya, yaitu memiliki bentuk memanjang, bagian badan bulat
dan memipih ke arah ekor, tidak bersisik serta mengeluarkan mukus. Ikan lele
memiliki kepala berbentuk pipih dan simetris, memiliki patil, mulut lebar,
tidak bergigi, dan mulut memiliki sepasang sungut mandibular dan
sepasang sungut
maksilar yang lebih panjang dan tegar, daerah kepala sampai punggung berwarna coklat kehitaman. Ikan lele
memiliki sifat tenang dan lebih
jinak (Suyanto
2007). Ikan lele (Clarias spp) memiliki kemampuan
hidup di dalam lumpur dan air dengan
kandungan oksigen rendah. Hal ini disebabkan karena ikan ini
memiliki alat
pernapasan tambahan (arborescent) yang terdapat di dalam ruang udara sebelah atas insang, sehingga ikan lele
dapat mengambil oksigen untuk \bernafas langsung dari udara di luar air
(Suyanto 2007).
Jenis ikan lele yang paling banyak
dijumpai dan dibudidayakan di Indonesia
adalah Clarias batrachus (lele lokal) dan Clarias gariepinus (leledumbo). Namun
demikian, sifat dan pertumbuhan kedua jenis ikan lele ini berbeda. Warna badan ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) akan berubah menjadi loreng
- loreng apabila terkejut atau menderita stress, gerakan tubuh lebih agresif, patil tidak beracun, tidak merusak
pematang. Warna badan ikan lele lokal (Clarias
batrachus) akan berubah menjadi gelap apabila terkejut atau menderita stress, gerakan tubuh tidak agresif, patil
beracun, dan merusak pematang dengan membuat
lubang. Bobot badan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) mencapai 10 - 15 gram/ekor dalam waktu 5 minggu, sedangkan
bobot badan ikan lele lokal (Clarias
batrachus) hanya mencapai 1 – 1,5 gram/ekor dalam waktu yang sama (Suyanto 2007).
Darah ikan mengalir
dari jantung melalui aorta ventral dan arteri – arteri brankhial menuju ke insang untuk keperluan
oksigenasi (Irianto 2005). Darah ikan
tersusun dari sel – sel
darah yang tersuspensi dalam plasma yang diedarkan ke seluruh jaringan tubuh
(Moyle dan Cech 1988). Fungsi darah ikan antara lain mengedarkan sari makanan dan oksigen ke
seluruh tubuh (Lagler et al. 1977).
Darah ikan terdiri dari
atas komponen cairan (plasma) dan komponen seluler (sel-sel darah). Sel-sel darah terdiri
dari eritrosit (sel darah merah), leukosit
(sel darah putih) dan trombosit (keping darah), yang diedarkan ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi tertutup
(Wedemeyer et al., 1990). Sel dan plasma darah mempunyai peranan fisiologis yang sangat
penting. Plasma darah adalah suatu
cairan jernih yang mengandung mineral terlarut, hasil absorpsi dari pencernaan makanan, buangan hasil metabolisme,
serta gas terlarut (Lagler et al., 1977).
Leukosit dikelompokkan
ke dalam granulosit dan agranulosit berdasarkan ada tidaknya butir – butir
(granul) di dalam sitoplasma. Termasuk ke dalam kelompok granulosit yaitu heterofil, eosinofil
dan basofil. Jenis leukosit ini memiliki
sifat reaksi terhadap zat tertentu yaitu eosinofil yang bersifat asidofil (berwarna merah oleh eosin), basofil berwarna
basofil (ungu), dan heterofil bersifat
tidak basofil maupun asidofil (Dellman dan Brown 1989). Agranulosit dibagi
menjadi monosit dan limfosit (Lagler et al., 1977). Agranulosit tidak memiliki butir sitoplasmik spesifik dan
ditandai dengan inti berbentuk lonjong, bulat
dengan lekuk yang khas (Dellman dan Brown 1992).
Wedemeyer et al. (1990)
melaporkan bahwa
pemeriksaan darah penting untuk membantu peneguhan diagnosa suatu penyakit.
Penyimpangan fisiologis ikan akan
menyebabkan terjadinya perubahan pada gambaran darah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Darah akan
mengalami perubahan yang serius khususnya
apabila terkena penyakit infeksi (Amlacher 1970). Parameter darah yang dapat memperlihatkan adanya gangguan
adalah nilai hematokrit, konsentrasi hemoglobin, jumlah eritrosit (sel darah
merah) dan jumlah leukosit (sel darah putih)
(Lagler et al., 1977).
Eritrosit (Sel Darah Merah)
Eritrosit pada ikan
merupakan jenis sel darah yang paling banyak jumlahnya. Bentuk eritrosit pada
semua jenis ikan hampir sama. Eritrosit pada ikan memiliki inti, seperti pada bangsa burung
dan reptil. Jumlah eritrosit pada ikan
teleostei berkisar antara (1,05 - 3,0) x 106 sel/mm3
(Irianto 2005). Eritrosit berwarna kekuningan, berbentuk lonjong, kecil,
dengan ukuran berkisar antara 7 - 36 µm
(Lagler et al. 1977). Eritrosit yang sudah matang berbentuk oval sampai bundar, inti berukuran kecil dengan sitoplasma
besar. Ukuran eritrosit ikan lele (Clarias
ssp) berkisar antara (10 x 11 µm) – (12 x 13 µm), dengan diameter inti berkisar antara 4 – 5 µm. Jumlah eritrosit
ikan lele (Clarias ssp) adalah 3,18 x 106 sel/ml (Angka et al., 1985). Jika
diwarnai dengan pewarnaan Giemsa, inti sel akan berwarna ungu dan dikelilingi
oleh plasma berwarna biru muda (Chinabut et al. 1991). Rendahnya eritrosit merupakan indikator
terjadinya anemia, sedangkan tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam
keadaan stres (Wedemeyer dan Yasutake 1977).
Differensiasi Leukosit
Leukosit merupakan
jenis sel yang aktif di dalam sistem pertahanan tubuh.
Setelah dihasilkan di organ timus dan
ginjal, leukosit kemudian diangkut dalam
darah menuju ke seluruh tubuh (Irianto
2005). Leukosit akan ditanspor secara khusus
ke daerah yang mengalami peradangan yang serius (Guyton 1997). Leukosit tidak berwarna dan jumlah leukosit
total ikan teleostei berkisar antara 20.000-150.000 butir tiap mm3. Leukosit
berbentuk lonjong sampai bulat (Moyle
dan Chech 1988). Pada ikan lele, mas, dan nila, leukosit jenis eosinofil dan basofil jarang ditemukan, kecuali bila ada
reaksi kekebalan dengan perantaraan sel
(Nabib dan pasaribu 1989).
Limfosit mampu menerobos jaringan atau
organ tubuh yang lunak untuk pertahanan
tubuh (Dellman dan Brown 1992). Ukuran rata – rata limfosit berkisar antara 4,5
- 12 µm (Moyle dan Chech 1988). Persentase normal limfosit pada ikan teleostei
berkisar antara 71,12 – 82,88% (Affandi dan Tang 2002). Jumlah limfosit di
dalam darah ikan lebih banyak dibandingkan dengan limfosit pada mamalia.
Kepadatan limfosit pada ikan sebesar 48 x 103 sel/mm3, sedangkan pada mamalia sekitar 2 x 103 sel/mm (Roberts 1978).
3
METODOLOGI
Waktu dan tempat di laksanakannya
praktikum ini di Lab TPHP (Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan) Jurusan
Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Sultan Angeng Tirtayasa dan pada
tanggal, Kamis, 05 Desember 2013.
Alat dan bahan yang digunakan adalah
seperti pipet tetes haemocytometer tipe nieubaur, gelas penutup, bahnya seperti
darah, larutan hayem’s(sel darah merah) dan kougulan, larutan turk’s (sela darah
putih).
Prosedur kerja sebagai berikut :
Perhitugan sel darah merah
Darah diisap dengan pipet tetes
yang berisi butir pengaduk warna merah sampai skala 1
Tambahkan larutan hayem’s sampai
skla 101. Pengadukan darah didalam pipet dilakukan dengan menggunakan tangan
yang mengang pipet seperti membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga
darah tercampur rata
Buang 2 tetes pertama larutan
darah dalam pipet selanjutnya teteskan pada naemocytometer tipe niveubaur dan
tutup dengan gelas penutup
Hitung €sel darah merah dengan
bantuan mikroskop dengan pembesaran 400 x jumlah eritrosit total dihitung
sebayank 10 kotak becil dan konversinya menurut jumlah total kotak kecil
sehingga didapatkan jumlah sel darah merak permili/liter
Perhitugan sel darah putih
Darah diisap dengan pipet tetes
yang berisi butir pengaduk warna merah sampai skala 1
Tambahkan larutan turks’s sampai
skla 101. Pengadukan darah didalam pipet dilakukan dengan menggunakan tangan
yang mengang pipet seperti membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga
darah tercampur rata
Buang 2 tetes pertama larutan
darah dalam pipet selanjutnya teteskan pada haemocytometr dan tutup dengan
gelas penutup
Hitung €sel darah merah dengan
bantuan mikroskop dengan pembesaran 400 x jumlah eritrosit total dihitung
sebayank 10 kotak becil dan konversinya menurut jumlah total kotak kecil
sehingga didapatkan jumlah sel darah merak permili/liter
4
HASIL DAN PEMBAHSAN
Tabel 1. Differensiasi
Leukosit dan Jumlah Leukosit Total Ikan Lele
Sampel Darah
|
Differensiasi Leukosit (%)
|
Leukosit Total (ribu/mm3)
|
|||||||
Limfosit
|
heterofil
|
monosit
|
Eosinofil
|
Basofil
|
|||||
Lele 1
|
71
|
29
|
-
|
-
|
-
|
150
|
|||
Lele 2
|
71
|
28
|
1
|
-
|
-
|
154
|
|||
Lele 3
|
72
|
28
|
-
|
-
|
-
|
147
|
|||
Lele 4
|
74
|
26
|
-
|
-
|
-
|
143
|
|||
Lele 5
|
73
|
27
|
-
|
-
|
-
|
135
|
|||
Lele 6
|
76
|
24
|
-
|
-
|
-
|
152
|
|||
Lele 7
|
70
|
30
|
-
|
-
|
-
|
148
|
|||
Lele 8
|
69
|
29
|
1
|
-
|
-
|
145
|
|||
Lele 9
|
71
|
29
|
-
|
-
|
-
|
136
|
|||
Lele 10
|
72
|
27
|
1
|
-
|
-
|
152
|
|||
Lele 11
|
72
|
28
|
-
|
-
|
-
|
138
|
|||
Lele 12
|
76
|
24
|
-
|
-
|
-
|
151
|
|||
Lele 13
|
70
|
30
|
-
|
-
|
-
|
142
|
|||
Lele 14
|
73
|
27
|
-
|
-
|
-
|
140
|
|||
Lele 15
|
72
|
28
|
-
|
-
|
-
|
136
|
|||
Lele 16
|
70
|
30
|
-
|
-
|
-
|
134
|
|||
Lele 17
|
71
|
29
|
-
|
-
|
-
|
137
|
|||
Σ
|
1223
|
474
|
3
|
0
|
0
|
2440
|
|||
Rataan
|
71,9
± 1,98
|
27,8
±1,90
|
0,1±0,39
|
0
|
0
|
143,5±7,01
|
|||
Normal
|
71,12-82,88
|
6-8
|
0,1
|
-
|
-
|
120-150
|
|||
Jadi sel darah putih yang terdapat pada
ikan lele sekitar 143,5±7,01 dengan skala 101 dan
velume 100 dengan rumus sebagai berikut
Rumus = Rata-rata x Skala x
Velume
Sel darah putih yang
terdapat pada ikan lele sebagai berikut dengan rumus
Sel darah putih = Rata-rata x Skala x
Velume
=
143,5 x 101 x 100
= 1,4 x 10 5 sel / mm3
PEMBAHASAN
Tabel 1 menunjukkan bahwa rataan jumlah
leukosit total yaitu 143,5±7,01 x 103/mm3. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa jumlah leukosit total tertinggi terdapat pada lele 2 yaitu
154.000/mm3,
sedangkan jumlah leukosit total terendah terdapat pada lele 16 yaitu 134.000/mm3. Hasil
ini masih berada di dalam kisaran nilai normal, seperti yang dilaporkan oleh
Moyle dan Chech (1988), yaitu jumlah leukosit total tiap mm3 darah
ikan teleostei berkisar antara 20.000-150.000 butir
Menurut
Moyle dan Chech (1988), leukosit berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh yang
akan dikirim secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan
yang serius. Dengan hasil yang di hitung dalam sel darah merah sekitar 1,4 x 10
5 sel / mm3 dari tabel di atas dengan rata 143,5±7,01
karena terjadi peningkatan menurut Arry (2007) melaporkan bahwa peningkatan
jumlah leukosit total terjadi akibat adanya respon dari tubuh ikan terhadap
kondisi lingkungan pemeliharaan yang buruk, faktor stres dan infeksi penyakit.
Sedangkan penurunan jumlah leukosit total disebabkan karena adanya gangguan
pada fungsi organ ginjal dan limpa dalam memproduksi leukosit yang disebabkan
oleh infeksi penyakit. Menurut Irianto (2005), salah satu contoh penyakit pada
ikan yang menyebabkan gangguan pada ginjal dan limpa antara lain Aeromonas
hydrophila.
Hasil
pengamatan terhadap persentase limfosit dapat dilihat pada Tabel 1. Rataan
persentase limfosit pada ikan lele (Clarias spp) sebesar 71,9±1,98%.
Fungsi utama limfosit yaitu memproduksi antibodi dalam merespon antigen (Tizard
1982). Reaksi terhadap kehadiran antigen merangsang sel limfoid untuk
berdiferensiasi membentuk dua macam sel yaitu limfosit T dan B.
Tabel 1
memperlihatkan rataan persentase heterofil pada ikan lele (Clarias spp)
hasil pengamatan. Rataan persentase heterofil pada ikan lele adalah 27,8±1,90%.
Tiga dari 17 sampel darah menunjukkan persentase heterofil tertinggi yaitu 30%,
sedangkan dua dari 17 sampel darah ikan lele yang diamati menunjukkan
persentase heterofil terendah yaitu 24%.
Rataan
persentase monosit pada ikan lele (Clarias spp) dapat dilihat pada Tabel
1. Rataan persentase monosit hasil pengamatan adalah 0,1 ± 0,39%. Tiga dari 17
sampel darah menunjukkan persentase monosit tertinggi yaitu 1%, sedangkan pada
14 sampel darah tidak ditemukan adanya monosit.
Tabel 1
memperlihatkan bahwa dari 17 sampel darah ikan lele yang diamati, tidak
ditemukan adanya eosinofil dan basofil. Nabib dan Pasaribu (1989) melaporkan
bahwa eosinofil dan basofil sangat jarang terlihat di dalam sirkulasi darah
ikan. Menurut Scombes (1996) dalam Irianto (2005), jumlah eosinofil dan basofil
pada ikan teleostei sangat rendah.
4 KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
hasil pemeriksaan terhadap 17 sampel darah ikan lele (Clarias spp),
rataan jumlah leukosit total masih berada dalam kisaran nilai normal yaitu
(143,5 ± 7,01) x 103/mm3. Dengan hasil
perhitugan yang sudah ada maka 1,4 x 10 5
sel / mm3
Rataan persentase limfosit lebih rendah dari kisaran nilai normal
yaitu 71,9 ± 1,98%. Rataan persentase heterofil lebih tinggi dari kisaran nilai
normal yaitu 27,8 ± 1,90%, dan rataan persentase monosit masih berada dalam
kisaran normal, yaitu 0,1 ± 0.39%. Eosinofil dan basofil tidak ditemukan pada
ke 17 sampel darah ikan lele yang diperiksa. Rataan nilai hematokrit dan
konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari kisaran nilai normal, masing-masing
yaitu 16,6 ± 3,23% dan 6,1±0,88 gr%.
Dengan tujuan dari praktikum ini adalah sebagai Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui parameter
gambaran darah pada ikan lele (Clarias batrachus),
dan mengetahui histology dari darah merah dan putih ikan lele.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjutan
dengan diberi perlakuan khusus pada ikan lele (Clarias spp), untuk
mengetahui perubahan gambaran darah yang terjadi apabila terinfeksi oleh suatu
penyakit
DAFTAR
PUSTAKA
Dellman HD, Brown EM.
1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Edisi 3. Hartono (Penerjemah). UI
Press, Jakarta.
Irianto Agus. 2005. Patologi
Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Khairuman, K Amri.
2002. Budidaya Lele Lokal Secara Intensif. PT Agromedia
Pustaka, Tangerang.
Lagler KF, Bardach JE, RR Miller, Passino DRM. 1977. Ichthyology.
John Willey and Sons. Inc. new York-London. Hlm 506.
Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi Dan Penyakit Ikan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Pusat Antar Universitas Bioteknologi. IPB
Roberts RJ. 1978. Fish Pathology. Ballier Tindall London.
Suyanto S Rachmatun. 2007. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya :
Jakarta.
Wedemeyer GA, Yasutke. 1977. Clinical Methods for The
Assessment on The Effect of Enviromental Stress on Fish Health. Technical
Paper of The US Departement of The Interior Fish ang the Wildlife Service, 89 :
1-17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar