Total Tayangan Halaman

Kamis, 08 November 2012

SEJARAH DAN PERKEMBAGAN PERTANIAN DI INDONESIA



MAKALAH
                             SEJARAH DAN PERKEMBAGAN PERTANIAN DI INDONESIA





Disusun oleh:
1.    ANGGI
2.    CITRA
3.    DESMI
4.    IDHAM
5.    M. BAYU
6.    M.IMAM

KELOMPOK 2

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2011


BAB I
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
Pertanian merupakan salah kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pertanian Indonesia memeliki banyak potensi, sejarah pertanian telah membawa  revolusi yang besar dalam kehidupan manusia. Kebudayaan masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris.
Cukup banyak obyek pertanian yang dianut di Indonesia meliputi budidaya tanaman (termasuk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan), kehutanan, peternakan, dan perikanan.
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, adapun makalah ini menjelaskan tentang  sejarah dan perkembagan pertanian di Indonesia. serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.
Dengan adanya pertanian di Indonesia merupakan dampak positif bagi kita dan semuanya. Salah satunya dibidang pertanian seperti tanaman dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, pertanian perlu untuk di lestarikan dan dijaga agar lebih baik di masa mendatang.

1.2  Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini sebagi berikut
1.    Untuk mengetahui sejarah pertanian dan perkembagan pertanian 
2.    Untuk mengetahui asal mula pertanian







1.3  Sejarah Pertanian
Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Kebudayaan masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris.
Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah membawa revolusi yang besar dalam kehidupan manusia sebelum revolusi industri. Bahkan dapat dikatakan, revolusi pertanian adalah revolusi kebudayaan pertama yang dialami manusia.
 Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus disebut sebagai peternak.
Berdasarkan data statistik yang ada saat ini sekitar 75% penduduk Indonesia tinggal diwilayah pedesaan. Lebih dari 54% diantaranya menggantungkan hidup dari sektor pertanian  dengan tinggat pendapatan yang relative rendah jika dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di perkotaan.
Kondisi sosial budaya pertanian merupakan masalah utama dalam fungsi sektor pertanian di dalam pembagunan nasional dan kemampuan sektor untuk bersaing pada abad yang akan datang.
1.4  Sistem pertanian di Indonesia
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam serta pembesaran hewan ternak (raising),
Meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.

Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Inti dari ilmu-ilmu pertanian adalah biologi dan ekonomi. Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah, meteorologi, permesinan pertanian, biokimia, dan statistika, juga dipelajari dalam pertanian
Sistem pertanian konvensional merupakan system memicu produktifitas dengan mengandalkan mekanisme dalam mengolah tanah. Dan merupakan system pertanian yang terpadu (dengan perternakan) dimana setiap petani memelihara ternak dari kotoran itulah diproses suatu pupuk organic sendiri.
Kotoran hewan yang ditampung dalam bak penampunhgan telah dicampur dengan berbagi macam mineral sesuai dengan struktur dan sifat alam. Kemudian setelah itu diaduk dengan mesen pengaduk dan dimasukan kedalam mobil tanggki untuk disiramkan atau disemprotkan dilahan pertanian.
1.5  Macam-macam system pertanian di Indonesia

Sistem ladang merupakan sistem pertanian yang paling primitif. Suatu sistem peralihan dari tahap budaya pengumpul ke tahap budaya penanam. Pengolahan tanahnya sangat minimum, produktivitas bergantung kepada ketersediaan lapisan humus yang ada, yang terjadi karena sistem hutan. Sistem ini pada umumnya terdapat di daerah yang berpenduduk sedikit dengan ketersediaan lahan tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, seperti padi darat, jagung, atau umbi-umbian.




1.6 Asal mula pertanian
 Berakhirnya zaman es sekitar 11.000 tahun sebelum Masehi (SM) menjadikan bumi lebih hangat dan mengalami musim kering yang lebih panjang. Kondisi ini menguntungkan bagi perkembangan tanaman semusim, yang dalam waktu relatif singkat memberikan hasil dan biji atau umbinya dapat disimpan. Ketersediaan biji-bijian dan polong-polongan dalam jumlah memadai memunculkan perkampungan untuk pertama kalinya, karena kegiatan perburuan dan peramuan tidak perlu dilakukan setiap saat.
Berdasarkan bukti-bukti peninggalan artefak, para ahli prasejarah saat ini bersepakat bahwa praktik pertanian pertama kali berawal di daerah "bulan sabit yang subur" di Mesopotamia sekitar 8000 SM. Pada waktu itu daerah ini masih lebih hijau daripada keadaan sekarang. Berdasarkan suatu kajian, 32 dari 56 spesies biji-bijian budidaya berasal dari daerah ini.
1.7  Revolusi Hijau Pertanian Pangan
Tujuan utama revolusi hijau adalah untuk menaikan prduktivitas dalam sekor pertanian. Khususnya sub-sektor pertanian pangan melalui penerapan paket teknologi pertanian moderen.
Adapun kelemahan dari revolusi hijau adalah sub-sektor pangan rentan terhadap berbagai hama, meskipun memiliki produktivitas yang tinggi namun padi bibit unggul tidak memiliki ketahanan hidup yang lama.
Dan dampak dari revolusi hijau adalah mengubah sikap para petani khususnya para petani sub-sektor pangan, daro sikap “anti teknologi” ke sikap yang mau memanfaatkan teknologi pertanian modern dan berpengaruh terhadap kenaikan produktivitas sub-sektor pertanian pangan.  
1.8  Diversifikasi pangan

Program peningkatan ketahanan pangan merupakan fasilitas bagi terjaminnya masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat dan halal. Ketahanan rumah tangga berkaitan dengan kemampuan rumah tangga untuk dapat akses terhadap pangan di pasar, dengan demikian ketahanan pangan rumah tangga dipengaruhi oleh kemampuan daya beli atau pendapatan rumah tangga. Sejalan dengan itu maka peningkatan pendapatan rumah tangga merupakan faktor kunci dari peningkatan ketahanan pangan rumah tangga.
Pangan dalam arti luas mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan. Sasaran yang ingin dicapai adalah:
1.            Dicapainya ketersediaan pangan tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal
2.            Meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat
3.            Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi kerawanan pangan.


Kegiatan utama Program Peningkatan Ketahanan Pangan meliputi:
1.            Peningkatan produksi dan ketersediaan pangan
2.            Pengembangan diversifikasi produksi dan konsumsi pangan yang bertumpu pada sumber daya local penyusunan kebijakan dan pengendalian harga pangan
3.            Penanggulangan kasus atau kejadian kerawanan pangan
1,9 Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Perkembagan Sektor Pertanian
 semua objek pertanian sebenarnya memiliki dasar-dasar yang sama karena pada dasarnya usaha pertanian adalah kegiatan ekonomi:

    pengelolaan tempat usaha,
     pemilihan bibit,
     metode budidaya,
     pengumpulan hasil,
     distribusi,
     pengolahan dan pengemasan,
     pemasaran.
Salah satu indicator penting digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya kesejahteraan petani adalah tukar produk pertanian.
Sebagai kegiatan ekonomi, pertanian dapat dipandang sebagai suatu sistem yang dinamakan agribisnis.
Dalam kerangka berpikir sistem ini, pengelolaan tempat usaha dan pemilihan bibit (varietas, galur, dan sebagainya) biasa diistilahkan sebagai aspek "hulu" dari pertanian, sementara distribusi, pengolahan, dan pemasaran dimasukkan dalam aspek "hilir". Budidaya dan pengumpulan hasil merupakan bagian dari aspek proses produksi. Semua aspek ini penting dan bagaimana investasi diarahkan ke setiap aspek menjadi pertimbangan strategis. Upaya meningkatkan hasil pertanian adalah upaya meningkatkan hasil pertanian dapat dilakukan dengan cara:

    * Ekstensifikasi (pada daerah pertanian luar Pulau Jawa)
    * Intensifikasi
    * Diversifikasi
    * Rehabilitasi












Bab II

2.1 Perkembangan pertanian di indonesia
Perkembangan pertanian di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Selain berbagai ancaman akibat bencana alam, dan perubahan iklim, pertanian juga terancam oleh kerusakan tanah yang makin mengeras karena intensifikasi penggunaan pupuk. Melalui kebijakan Program Insus 1969 dari pemerintah, intensitas penggunaan pupuk kimia meningkat. Akibatnya residu tanah menumpuk, hama meningkat, beragam dan resist terhadap obat-obatan pertanian.
Sementara dari pihak petaninya sendiri telah mengalami hal-hal yang dapat mengancam hilangnya kemandirian petani. Yaitu kriminalisasi petani berupa tuntutan hukum terhadap sekitar 16 petani dari Kediri dan sekitarnya. Salah satunya Burhana Juwito Muhammad Ali, anggota dari Paguyuban Bina Tani Makmur Kediri yang telah menjalani hukuman lima bulan penjara karena tuduhan pelanggaran sertifikasi pembenihan. Padahal kenyataannya Burhana tidak pernah melakukan sertifikasi pembenihan.
Perubahan sistem pemerintahan yang sentralistik di era Orde Baru menjadi otonomi daerah juga mempengaruhi dalam hal penyebaran dan pemahaman informasi. Maka yang terpenting adalah komunikasi program antara pusat dan daerah.
140.140 ha dan diperkirakan sekitar 342.387 ha (Dinas Tanaman Pangan Kalsel, 2002; Kalimantan Selatan Dalam Angka, 2003) sangat potensial untuk dikembangkan bagi kegiatan pertanian, perikanan, perkebunan dan kehutanan.

Pemanfaatan lahan rawa baru sekitar 143.118 ha, dan sisanya seluas 199.269 (58,19%) masih berupa lahan tidur yang belum digarap (Anonim, 2003). Meskipun demikian lahan rawa sangat potensial dikembangkan karena didukung oleh ketersediaan lahan yang luas, keadaan topografi yang datar, ketersediaan air melimpah dan teknologi pertanian yang cukup tersedia (Noor. M., 2007).

Disisi sumber daya manusia (SDM) sebagian besar tenaga kerja produktif masih dominan pada sektor primer (pertanian dan pertambangan) hal ini dapat dilihat dari data tenaga kerja Prov Kalsel tahun 2008, yang dipublikasikan oleh BPS Kalsel, sebesar 48% dari total tenaga kerja.

Hanya saja belum ada upaya serius untuk melakukan maintenance sektor pertanian kearah yang lebih modern. Petani dibiarkan terpecah dalam kekuatan-kekuatan kecil dan dibiarkan berjuang sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kalaupun alokasi dana cukup besar untuk sektor pertanian namun orientasinya tidak optimal dan tidak menyentuh hajat hidup petani secara menyeluruh. Hal ini wajar karena petani tersebar dalam pecahan kecil. Ini salah satu yang menurut Geertz sebagai penyebab terjadinya agricultural involution.

Program dan kebijakan apapun yang dikembangkan oleh pemerintah, tidak akan optimal apabila secara institusi dan pengembangan sumber daya manusia tidak berkembang dengan baik. Sumber daya manusia dibidang pertanian semakin berkurang dari sisi kualitas maupun kuantitas. Sementara lahan dari sisi luasan juga semakin berkurang didesak kemajuan jaman. Namun dalam metode pengembangan kita masih berkutat pada metode dan cara yang kita susun pada saat SDM dan lahan berlebih.

Disinilah pentingnya sebuah revolusi pertanian dalam tataran pengembangan kebijakan terkait pertanian. Harus ada komitmen yang masif dan kuat yang diwujudkan dalam program jangka panjang terkait kebijakan pertanian. Pertanian tidak lagi dipandang sebagai sektor parsial tapi merupakan tujuan dari keseluruhan pengembangan sektor. Harus ada penguatan pengembangan SDM disisi kesehatan dan pendidikan untuk mendukung pertanian. Pengembangan sektor kesejahteraan diarahkan pada peningkatan jaminan kesejahteraan petani dan sebagainya.

Industrialisasi pertanian harus segera dilakukan di Kalimantan Selatan karena sudah secara nyata terjadi pergeseran sektor basis perekonomian yang tidak sehat. Pergeseran kearah sektor tersier tidak ditopang oleh sektor sekunder (industri) yang kuat, akan menyebabkan tatanan perekonomian mudah goyah. Dan industri yang paling positif dikembangkan di wilayah Kalsel dengan dukungan potensi lahan pertanian yang sangat luas adalah industri pertanian.

Perlu dilakukan kaji ulang kebijakan pemerintah di sektor pertanian dengan memasukkan kebijakan mendorong pengembangan infrastruktur pertanian, perencanaan dan implementasi RTRW yang konsisten, dukungan sistem insentif dalam implementasi produksi komoditas unggulan wilayah (daerah).

Alih fungsi lahan pertanian terkait perkembangan wilayah perkotaan yang berimplikasi terhadap wilayah permukiman dan perdagangan harus diatur dengan tegas. Perlu segera dilakukan inventarisasi berapa luasan lahan pertanian yang ideal untuk dapat menopang kebutuhan daerah akan produksi pertanian khususnya tanaman pangan.

Industri pertanian membutuhkan bahan baku yang besar dan terkoordinasi. Untuk itu kebijakan alih fungsi lahan harus diarahkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pertanian. Kebijakan kompensasi alih fungsi lahan harus dimanfaatkan untuk mewujudkan sentra-sentra wilayah pertanian. Hal ini akan dapat membantu pemusatan pengembangan petani tradisional kearah modern.

Membangkitkan koperasi-koperasi pertanian secara selektif akan dapat memperkuat bargaining position kaum tani dan produksinya, agar tidak kalah dengan permintaan pasar yang selalu menginginkan harga terendah.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) ada sepuluh komoditi pertanian penting yang produksinya pada tahun 2003 mencapai record tertinggi sepanjang sejarah republik Indonesia. Sepuluh komoditi yang dimaksud adalah padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, sayuran dan buah, kelapa sawit, kakao, kopi, karet dan ayam ras. Produksi padi meningkat dari 49 juta ton tahun 1998 menjadi 52,1 juta ton pada tahun 2003 yang merupakan record tertinggi sepanjang sejarah. Bahkan tahun 2004, angka ramalan II BPS menunjukkan produksi padi 53,67 juta ton, yang merupakan record tertinggi baru sepanjang sejarah. Jagung meningkat 9,2 juta ton tahun 1999 menjadi 11 juta tahun 2003. CPO meningkat dari 5,62 juta tahun 1998 menjadi 10,6 juta tahun 2003. Karet meningkat dari 1,6 juta ton tahun 1998 menjadi 2,7 juta ton tahun 2003. Ayam ras meningkat dari 324 juta ekor tahun 1999 menjadi 1 milyar tahun 2003. Hal yang membanggakan kita adalah peningkatan produksi tersebut sebagian besar disumbang oleh peningkatan produktivitas. Mengapa tidak ada gejolak pangan selama tahun 2000 - 2003 antara lain karena disumbang oleh prestasi produksi komoditi pangan utama ini. Sesudah 20 tahun tampaknya tahun 2004 ini kita kembali mencapai swasembada beras.
Tidak hanya itu, data BPS juga melaporkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di pedesaan mengalami perbaikan yang cukup berarti. Indeks nilai tukar petani naik dari 96,6 tahun 2000 menjadi 110,4 pada tahun 2003.Tingkat kemiskinan di pedesaan turun rata-rata 20 persen yakni dari 32,7 juta tahun 1999 menjadi 25,1 juta tahun 2002. Tingkat kemiskinan juga turun dari 26 juta orang tahun 1999 menjadi 20,6 juta orang tahun 2002. Di pihak lain tingkat upah di pedesaan naik sekitar 17 persen pertahun sehingga meningkatkan pendapatan buruh tani di pedesaan.
Secara makro kemajuan tersebut juga konsisten. Total impor komoditi pertanian masih besar tetapi mengalami penurunan sementara ekspor meningkat. Sehingga neraca perdagangan komoditi pertanian mengalami surplus yang meningkat rata-rata 15 persen pertahun, yaitu dari US $ 2.2 milyar tahun 1999 menjadi US $ 3.4 milyar tahun 2002 dan 3.7 US $ pada tahun 2003. PDB pertanian selama tahun 2000-2003 bertumbuh rata-rata 1,83 persen pertahun dan pertumbuhan PDB pertanian tahun 2003 Mencapai sekitar 2,61 persen. Tingkat pertumbuhan ini lebih tinggi dari pertumbuhan pertanian selama krisis (1998-1999) yang hanya 0,88 persen bahkan lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan pertanian akhir orde baru (1993-1997) yang hanya 1,57 persen per tahun.
Tingkat pertumbuhan tersebut. belum memperhitungkan agribisnis hulu dan hilir (seperti industri mesin-mesin pertanian, pupuk, benih, bibit; produk-produk olahan, dsb.). Karena dampak multiplier pertanian itu sangat besar, baik ke belakang maupun ke depan, maka jelaslah bahwa pertumbuhan sektor pertanian sangat besar pengaruhnya terhadap perekonomian nasional. Kemajuan-kemajuan yang kita capai juga lebih berkualitas. Pertumbuhan yang dikemukakan tersebut di atas bukanlah dicapai at all cost, tetapi lebih disebabkan oleh kreativitas masyarakat agribisnis. Benar Indonesia mencapai swasembada beras tahun 1984, tetapi melalui gerakan-gerakan yang dikomandoi oleh pemerintah, dimulai dengan alokasi sumberdaya oleh pemerintah sampai ke pelosok-pelosok pedesaan kita dengan biaya tinggi. Inilah yang kita sebut dengan government driven. Di era Kabinet Gotong Royong, paradigma ini kita ubah menjadi people driven, yang dimulai oleh pembuatan rencana oleh kelompok tani, sedangkan dinas-dinas pertanian merupakan pembina teknis. Dengan begitu alokasi sumberdaya dilakukan oleh petani, sedangkan pemerintah memberikan fasilitasi. Dengan kemajuan pertanian yang demikian - dari sudut ekonomi, pertanian Indonesia telah lepas dari spiral pertumbuhan rendah (1998-1999) dan sedang memasuki fase percepatan pertumbuhan (accelerating growth) menuju pertumbuhan berkelanjutan (sustaining growth). Hal ini berarti pertanian Indonesia sudah naik kelas baik dibandingkan dengan kondisi masa krisis maupun kondisi akhir orde baru.

Agenda jangka menengah-pendek (sekitar lima tahun kedepan) yang perlu segera kita rumuskan ialah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan kinerja yang cukup menggembirakan tersebut. Apa yang telah kita capai saat ini merupakan pondasi untuk berkembang lebih lanjut. Setidaknya lima upaya yang harus dan segera dilakukan agar momentum akselerasi pertumbuhan sektor pertanian dapat terus dipertahankan secara berkelanjutan yaitu:
(a) merenofasi dan memperluas infrastruktur fisik, utamanya sistem irigasi, sistem transportasi, sistem telekomunikasi dan kelistrikan pedesaan;
(b) revitalisasi sistem inovasi pertanian (penelitian dan pengembangan, diseminasi teknologi pertanian);
(c) pengembangan kelembagaan agribisnis (tata pemerintahan, organisasi pengusaha dan jejaring usaha);
(d) rekonstruksi sistem insentif berproduksi dan investasi; dan
 (e) pengelolaan pasar input dan output.

Semua ini merupakan lebih lanjut dari kebijakan dasar proteksi dan promosi yang landasannya telah kita bangun dalam tiga tahun terakhir. Kedepan, pengalaman krisis pahit multi-dimensi 1998-1999 memberikan pelajaran berharga betapa strategisnya sektor pertanian sebagai jangkar, peredam gejolak, dan penyelamat bagi sistem perekonomian. Sektor pertanian merupakan kunci untuk pengentasan kemiskinan dan pemantapan ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu pembangunan sektor pertanian haruslah tetap dijadikan sebagai prioritas pembangunan nasional. Inilah konsensus politik yang masih perlu diperjuangkan bersama.
Kinerja sektor pertanian tidaklah semata-mata cermin kinerja Departemen Pertanian. Kinerja sektor pertanian justru lebih banyak oleh pihak-pihak diluar Departemen Pertanian. Oleh karena itu, kalaupun ada perbaikan dalam kinerja sektor pertanian, penghargaan terbesar adalah kepada mereka petani dan pelaku agribisnis yang ada di seluruh pelosok tanah air.




2. 2 Faktor – faktor yang mendukung  pertanian di indonesia

Papadah orang tua bahari, “jangan pernah makan nasi ada sisa karena pamali, bisa kualat.” Sepertinya relevan menggambarkan cara pemerintah daerah menangani masalah pertanian. Terbuai oleh berlimpahnya komoditas dan kesuburan lahan kita lupa untuk bersyukur dan bersiap ketika masa berlimpah akan berakhir
Indikator-indikator ini dapat dengan telanjang kita lihat pada anatomi pertumbuhan sektor pertanian kita. Terutama di daerah Kalimantan Selatan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB dari tahun 2006 s/d 2009 rata-rata hanya 22,36% dengan tingkat pertumbuhan rata-rata yang negatif.
Dilihat dari angka produksi terlihat dengan jelas bahwa pertumbuhan rata-rata produksi pertanian cenderung stagnan. Angka pertumbuhan rata-rata terbesar hanya sekitar 27% bagi sebuah sektor unggulan yang telah “dibina” selama bertahun-tahun melalui akumulasi anggaran yang besar, sungguh angka ini tidak dapat disebut menggembirakan.


BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Dari adanya sejarah dan perkembagan pertanian di Indonesia menandakan bayank memiliki potensi yang merupakan kekayaan Indonesia. Sejarah dan perkembagan pertanian di Indonesia banyak manfaatnya untuk perkembagan kedepan.
Pertanian di Indonesia bukan hanya budidaya tetapi masih banyak pertanian- pertanian yang seprti perternakan,perikanana seperti itu, di indonesi banyak perkembagan pertanian dengan adanya pertanian di Indonesia merupakan dampak positif bagi masnyarakat dan kita semua.

3.2 Saran
Memang tidak mudah untuk melakukan perkembagan pertanian di Indonesia. Indonesia harus berkembang lagi untuk kedepannya dan belajar untuk keberhasilan rakyat Indonesia. Dalam usaha memperkembangkan pertanian itu harus terus menerus untuk mencapai terwujudnya perkembangan Indonesia.
 









1 komentar: