MAKALAH
SEJARAH DAN
PERKEMBAGAN PERTANIAN DI INDONESIA
Disusun oleh:
1.
ANGGI
2.
CITRA
3.
DESMI
4.
IDHAM
5.
M.
BAYU
6.
M.IMAM
KELOMPOK 2
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2011
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan salah kekayaan yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia. Pertanian Indonesia memeliki banyak potensi, sejarah
pertanian telah membawa revolusi
yang besar dalam kehidupan manusia. Kebudayaan masyarakat yang tergantung pada
aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris.
Cukup banyak
obyek pertanian yang dianut di Indonesia meliputi budidaya tanaman (termasuk
tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan), kehutanan, peternakan, dan
perikanan.
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati
yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan,
adapun makalah ini menjelaskan tentang sejarah dan perkembagan pertanian di Indonesia.
serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.
Dengan adanya
pertanian di Indonesia merupakan dampak positif bagi kita dan semuanya. Salah
satunya dibidang pertanian seperti tanaman dan masih banyak lagi. Oleh karena
itu, pertanian perlu untuk di lestarikan dan dijaga agar lebih baik di masa
mendatang.
1.2 Tujuan
Makalah
Tujuan
dari makalah ini sebagi berikut
1. Untuk
mengetahui sejarah pertanian dan perkembagan pertanian
2. Untuk
mengetahui asal mula pertanian
1.3 Sejarah
Pertanian
Sejarah
pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian muncul
ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya
sendiri. Kebudayaan masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian
diistilahkan sebagai kebudayaan agraris.
Sebagai bagian
dari kebudayaan
manusia, pertanian telah membawa revolusi yang besar dalam kehidupan manusia
sebelum revolusi industri. Bahkan dapat
dikatakan, revolusi pertanian adalah revolusi kebudayaan pertama yang dialami
manusia.
Usaha tani
(farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan
kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Petani
adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh
"petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan
ternak (livestock) secara khusus disebut sebagai peternak.
Berdasarkan
data statistik yang ada saat ini sekitar 75% penduduk Indonesia tinggal
diwilayah pedesaan. Lebih dari 54% diantaranya menggantungkan hidup dari sektor
pertanian dengan tinggat pendapatan yang
relative rendah jika dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di perkotaan.
Kondisi sosial
budaya pertanian merupakan masalah utama dalam fungsi sektor pertanian di dalam
pembagunan nasional dan kemampuan sektor untuk bersaing pada abad yang akan
datang.
1.4 Sistem
pertanian di Indonesia
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati
yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan,
bahan baku industri,
atau sumber energi,
serta untuk mengelola lingkungan hidupnya
Kegiatan
pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami
orang sebagai budidaya
tanaman atau bercocok tanam serta pembesaran hewan ternak
(raising),
Meskipun
cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme
dan bioenzim
dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju
dan tempe,
atau sekedar ekstraksi
semata, seperti penangkapan ikan
atau eksploitasi hutan.
Bagian terbesar
penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian,
namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia
sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor
pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat
penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial
masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002,
bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3%
penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik
bruto.
Kelompok
ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya.
Inti dari ilmu-ilmu pertanian adalah biologi
dan ekonomi.
Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung,
seperti ilmu
tanah, meteorologi,
permesinan pertanian,
biokimia,
dan statistika,
juga dipelajari dalam pertanian
Sistem
pertanian konvensional merupakan system memicu produktifitas dengan
mengandalkan mekanisme dalam mengolah tanah. Dan merupakan system pertanian
yang terpadu (dengan perternakan) dimana setiap petani memelihara ternak dari
kotoran itulah diproses suatu pupuk organic sendiri.
Kotoran hewan
yang ditampung dalam bak penampunhgan telah dicampur dengan berbagi macam
mineral sesuai dengan struktur dan sifat alam. Kemudian setelah itu diaduk
dengan mesen pengaduk dan dimasukan kedalam mobil tanggki untuk disiramkan atau
disemprotkan dilahan pertanian.
1.5 Macam-macam
system pertanian di Indonesia
Sistem
ladang merupakan sistem pertanian yang paling primitif. Suatu sistem
peralihan dari tahap budaya pengumpul ke tahap budaya penanam. Pengolahan
tanahnya sangat minimum, produktivitas bergantung kepada ketersediaan lapisan
humus yang ada, yang terjadi karena sistem hutan. Sistem ini pada umumnya
terdapat di daerah yang berpenduduk sedikit dengan ketersediaan lahan tak
terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, seperti padi darat,
jagung, atau umbi-umbian.
1.6 Asal mula pertanian
Berakhirnya zaman es
sekitar 11.000 tahun sebelum Masehi (SM) menjadikan bumi lebih hangat dan
mengalami musim kering yang lebih panjang. Kondisi ini menguntungkan bagi
perkembangan tanaman semusim, yang dalam waktu relatif singkat memberikan hasil
dan biji atau umbinya dapat disimpan. Ketersediaan biji-bijian dan
polong-polongan dalam jumlah memadai memunculkan perkampungan untuk pertama
kalinya, karena kegiatan perburuan dan peramuan tidak perlu dilakukan setiap
saat.
Berdasarkan
bukti-bukti peninggalan artefak, para ahli prasejarah saat ini bersepakat bahwa
praktik pertanian pertama kali berawal di daerah "bulan sabit yang
subur" di Mesopotamia
sekitar 8000 SM. Pada waktu itu daerah ini masih lebih hijau daripada keadaan
sekarang. Berdasarkan suatu kajian, 32 dari 56 spesies
biji-bijian
budidaya berasal dari daerah ini.
1.7 Revolusi
Hijau Pertanian Pangan
Tujuan utama
revolusi hijau adalah untuk menaikan prduktivitas dalam sekor pertanian.
Khususnya sub-sektor pertanian pangan melalui penerapan paket teknologi
pertanian moderen.
Adapun
kelemahan dari revolusi hijau adalah sub-sektor pangan rentan terhadap berbagai
hama, meskipun memiliki produktivitas yang tinggi namun padi bibit unggul tidak
memiliki ketahanan hidup yang lama.
Dan dampak dari
revolusi hijau adalah mengubah sikap para petani khususnya para petani
sub-sektor pangan, daro sikap “anti teknologi” ke sikap yang mau memanfaatkan teknologi
pertanian modern dan berpengaruh terhadap kenaikan produktivitas sub-sektor
pertanian pangan.
1.8 Diversifikasi
pangan
Program
peningkatan ketahanan pangan merupakan fasilitas bagi terjaminnya masyarakat
untuk memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat dan halal. Ketahanan
rumah tangga berkaitan dengan kemampuan rumah tangga untuk dapat akses terhadap
pangan di pasar, dengan demikian ketahanan pangan rumah tangga dipengaruhi oleh
kemampuan daya beli atau pendapatan rumah tangga. Sejalan dengan itu maka
peningkatan pendapatan rumah tangga merupakan faktor kunci dari peningkatan
ketahanan pangan rumah tangga.
Pangan dalam arti luas mencakup
pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang
bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan. Sasaran yang ingin dicapai adalah:
1.
Dicapainya ketersediaan pangan
tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal
2.
Meningkatnya keragaman produksi dan
konsumsi pangan masyarakat
3.
Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam
mengatasi kerawanan pangan.
Kegiatan utama Program Peningkatan
Ketahanan Pangan meliputi:
1.
Peningkatan produksi dan
ketersediaan pangan
2.
Pengembangan diversifikasi produksi
dan konsumsi pangan yang bertumpu pada sumber daya local penyusunan kebijakan dan
pengendalian harga pangan
3.
Penanggulangan kasus atau kejadian
kerawanan pangan
1,9 Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Perkembagan Sektor Pertanian
semua objek pertanian sebenarnya memiliki
dasar-dasar yang sama karena pada dasarnya usaha pertanian adalah kegiatan
ekonomi:
pengelolaan tempat usaha,
pemilihan bibit,
metode budidaya,
pengumpulan hasil,
distribusi,
pengolahan dan pengemasan,
pemasaran.
pengelolaan tempat usaha,
pemilihan bibit,
metode budidaya,
pengumpulan hasil,
distribusi,
pengolahan dan pengemasan,
pemasaran.
Salah satu
indicator penting digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya kesejahteraan
petani adalah tukar produk pertanian.
Sebagai kegiatan ekonomi, pertanian
dapat dipandang sebagai suatu sistem yang dinamakan agribisnis.
Dalam
kerangka berpikir sistem ini, pengelolaan tempat usaha dan pemilihan bibit
(varietas, galur, dan sebagainya) biasa diistilahkan sebagai aspek
"hulu" dari pertanian, sementara distribusi, pengolahan, dan
pemasaran dimasukkan dalam aspek "hilir". Budidaya dan pengumpulan
hasil merupakan bagian dari aspek proses produksi. Semua aspek ini penting dan
bagaimana investasi diarahkan ke setiap aspek menjadi pertimbangan strategis. Upaya meningkatkan hasil pertanian
adalah upaya meningkatkan hasil pertanian dapat dilakukan dengan cara:
* Ekstensifikasi (pada daerah pertanian luar Pulau Jawa)
* Intensifikasi
* Diversifikasi
* Rehabilitasi
* Ekstensifikasi (pada daerah pertanian luar Pulau Jawa)
* Intensifikasi
* Diversifikasi
* Rehabilitasi
Bab II
2.1 Perkembangan pertanian di indonesia
Perkembangan pertanian di Indonesia saat ini
sangat memprihatinkan. Selain berbagai ancaman akibat bencana alam, dan
perubahan iklim, pertanian juga terancam oleh kerusakan tanah yang makin
mengeras karena intensifikasi penggunaan pupuk. Melalui kebijakan Program Insus
1969 dari pemerintah, intensitas penggunaan pupuk kimia meningkat. Akibatnya
residu tanah menumpuk, hama meningkat, beragam dan resist terhadap obat-obatan
pertanian.
Sementara dari pihak petaninya sendiri telah
mengalami hal-hal yang dapat mengancam hilangnya kemandirian petani. Yaitu
kriminalisasi petani berupa tuntutan hukum terhadap sekitar 16 petani dari
Kediri dan sekitarnya. Salah satunya Burhana Juwito Muhammad Ali, anggota dari
Paguyuban Bina Tani Makmur Kediri yang telah menjalani hukuman lima bulan
penjara karena tuduhan pelanggaran sertifikasi pembenihan. Padahal kenyataannya
Burhana tidak pernah melakukan sertifikasi pembenihan.
Perubahan sistem pemerintahan yang
sentralistik di era Orde Baru menjadi otonomi daerah juga mempengaruhi dalam
hal penyebaran dan pemahaman informasi. Maka yang terpenting adalah komunikasi
program antara pusat dan daerah.
140.140 ha dan diperkirakan sekitar 342.387 ha
(Dinas Tanaman Pangan Kalsel, 2002; Kalimantan Selatan Dalam Angka, 2003)
sangat potensial untuk dikembangkan bagi kegiatan pertanian, perikanan,
perkebunan dan kehutanan.
Pemanfaatan lahan rawa baru sekitar 143.118 ha, dan sisanya seluas
199.269 (58,19%) masih berupa lahan tidur yang belum digarap (Anonim, 2003).
Meskipun demikian lahan rawa sangat potensial dikembangkan karena didukung oleh
ketersediaan lahan yang luas, keadaan topografi yang datar, ketersediaan air
melimpah dan teknologi pertanian yang cukup tersedia (Noor. M., 2007).
Disisi sumber daya manusia (SDM) sebagian besar tenaga kerja
produktif masih dominan pada sektor primer (pertanian dan pertambangan) hal ini
dapat dilihat dari data tenaga kerja Prov Kalsel tahun 2008, yang
dipublikasikan oleh BPS Kalsel, sebesar 48% dari total tenaga kerja.
Hanya saja belum ada upaya serius untuk melakukan maintenance sektor pertanian kearah yang
lebih modern. Petani dibiarkan terpecah dalam kekuatan-kekuatan kecil dan dibiarkan
berjuang sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kalaupun alokasi dana
cukup besar untuk sektor pertanian namun orientasinya tidak optimal dan tidak
menyentuh hajat hidup petani secara menyeluruh. Hal ini wajar karena petani
tersebar dalam pecahan kecil. Ini salah satu yang menurut Geertz sebagai
penyebab terjadinya agricultural involution.
Program dan kebijakan apapun yang dikembangkan
oleh pemerintah, tidak akan optimal apabila secara institusi dan pengembangan
sumber daya manusia tidak berkembang dengan baik. Sumber daya manusia dibidang
pertanian semakin berkurang dari sisi kualitas maupun kuantitas. Sementara
lahan dari sisi luasan juga semakin berkurang didesak kemajuan jaman. Namun
dalam metode pengembangan kita masih berkutat pada metode dan cara yang kita
susun pada saat SDM dan lahan berlebih.
Disinilah pentingnya sebuah revolusi pertanian dalam tataran
pengembangan kebijakan terkait pertanian. Harus ada komitmen yang masif dan
kuat yang diwujudkan dalam program jangka panjang terkait kebijakan pertanian.
Pertanian tidak lagi dipandang sebagai sektor parsial tapi merupakan tujuan
dari keseluruhan pengembangan sektor. Harus ada penguatan pengembangan SDM disisi
kesehatan dan pendidikan untuk mendukung pertanian. Pengembangan sektor
kesejahteraan diarahkan pada peningkatan jaminan kesejahteraan petani dan
sebagainya.
Industrialisasi pertanian harus segera dilakukan di Kalimantan
Selatan karena sudah secara nyata terjadi pergeseran sektor basis perekonomian
yang tidak sehat. Pergeseran kearah sektor tersier tidak ditopang oleh sektor
sekunder (industri) yang kuat, akan menyebabkan tatanan perekonomian mudah
goyah. Dan industri yang paling positif dikembangkan di wilayah Kalsel dengan
dukungan potensi lahan pertanian yang sangat luas adalah industri pertanian.
Perlu dilakukan kaji ulang kebijakan pemerintah di sektor
pertanian dengan memasukkan kebijakan mendorong pengembangan infrastruktur
pertanian, perencanaan dan implementasi RTRW yang konsisten, dukungan sistem
insentif dalam implementasi produksi komoditas unggulan wilayah (daerah).
Alih fungsi lahan pertanian terkait perkembangan wilayah perkotaan
yang berimplikasi terhadap wilayah permukiman dan perdagangan harus diatur
dengan tegas. Perlu segera dilakukan inventarisasi berapa luasan lahan
pertanian yang ideal untuk dapat menopang kebutuhan daerah akan produksi
pertanian khususnya tanaman pangan.
Industri pertanian membutuhkan bahan baku yang besar dan terkoordinasi.
Untuk itu kebijakan alih fungsi lahan harus diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
bahan baku industri pertanian. Kebijakan kompensasi alih fungsi lahan harus
dimanfaatkan untuk mewujudkan sentra-sentra wilayah pertanian. Hal ini akan
dapat membantu pemusatan pengembangan petani tradisional kearah modern.
Membangkitkan koperasi-koperasi pertanian secara selektif akan
dapat memperkuat bargaining position kaum tani dan produksinya, agar
tidak kalah dengan permintaan pasar yang selalu menginginkan harga terendah.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) ada sepuluh
komoditi pertanian penting yang produksinya pada tahun 2003 mencapai record
tertinggi sepanjang sejarah republik Indonesia. Sepuluh komoditi yang dimaksud
adalah padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, sayuran dan buah, kelapa sawit,
kakao, kopi, karet dan ayam ras. Produksi padi meningkat dari 49 juta ton tahun
1998 menjadi 52,1 juta ton pada tahun 2003 yang merupakan record tertinggi
sepanjang sejarah. Bahkan tahun 2004, angka ramalan II BPS menunjukkan produksi
padi 53,67 juta ton, yang merupakan record tertinggi baru sepanjang sejarah.
Jagung meningkat 9,2 juta ton tahun 1999 menjadi 11 juta tahun 2003. CPO
meningkat dari 5,62 juta tahun 1998 menjadi 10,6 juta tahun 2003. Karet meningkat
dari 1,6 juta ton tahun 1998 menjadi 2,7 juta ton tahun 2003. Ayam ras
meningkat dari 324 juta ekor tahun 1999 menjadi 1 milyar tahun 2003. Hal yang
membanggakan kita adalah peningkatan produksi tersebut sebagian besar disumbang
oleh peningkatan produktivitas. Mengapa tidak ada gejolak pangan selama tahun
2000 - 2003 antara lain karena disumbang oleh prestasi produksi komoditi pangan
utama ini. Sesudah 20 tahun tampaknya tahun 2004 ini kita kembali mencapai
swasembada beras.
Tidak hanya itu, data BPS juga melaporkan bahwa tingkat
kesejahteraan masyarakat di pedesaan mengalami perbaikan yang cukup berarti.
Indeks nilai tukar petani naik dari 96,6 tahun 2000 menjadi 110,4 pada tahun
2003.Tingkat kemiskinan di pedesaan turun rata-rata 20 persen yakni dari 32,7
juta tahun 1999 menjadi 25,1 juta tahun 2002. Tingkat kemiskinan juga turun
dari 26 juta orang tahun 1999 menjadi 20,6 juta orang tahun 2002. Di pihak lain
tingkat upah di pedesaan naik sekitar 17 persen pertahun sehingga meningkatkan
pendapatan buruh tani di pedesaan.
Secara makro kemajuan tersebut juga konsisten. Total
impor komoditi pertanian masih besar tetapi mengalami penurunan sementara
ekspor meningkat. Sehingga neraca perdagangan komoditi pertanian mengalami
surplus yang meningkat rata-rata 15 persen pertahun, yaitu dari US $ 2.2 milyar
tahun 1999 menjadi US $ 3.4 milyar tahun 2002 dan 3.7 US $ pada tahun 2003. PDB
pertanian selama tahun 2000-2003 bertumbuh rata-rata 1,83 persen pertahun dan
pertumbuhan PDB pertanian tahun 2003 Mencapai sekitar 2,61 persen. Tingkat
pertumbuhan ini lebih tinggi dari pertumbuhan pertanian selama krisis
(1998-1999) yang hanya 0,88 persen bahkan lebih tinggi dari rata-rata
pertumbuhan pertanian akhir orde baru (1993-1997) yang hanya 1,57 persen per
tahun.
Tingkat pertumbuhan tersebut. belum
memperhitungkan agribisnis hulu dan hilir (seperti industri mesin-mesin
pertanian, pupuk, benih, bibit; produk-produk olahan, dsb.). Karena dampak
multiplier pertanian itu sangat besar, baik ke belakang maupun ke depan, maka
jelaslah bahwa pertumbuhan sektor pertanian sangat besar pengaruhnya terhadap
perekonomian nasional. Kemajuan-kemajuan yang kita capai juga lebih
berkualitas. Pertumbuhan yang dikemukakan tersebut di atas bukanlah dicapai at
all cost, tetapi lebih disebabkan oleh kreativitas masyarakat agribisnis. Benar
Indonesia mencapai swasembada beras tahun 1984, tetapi melalui gerakan-gerakan
yang dikomandoi oleh pemerintah, dimulai dengan alokasi sumberdaya oleh
pemerintah sampai ke pelosok-pelosok pedesaan kita dengan biaya tinggi. Inilah
yang kita sebut dengan government driven. Di era Kabinet Gotong Royong,
paradigma ini kita ubah menjadi people driven, yang dimulai oleh pembuatan
rencana oleh kelompok tani, sedangkan dinas-dinas pertanian merupakan pembina
teknis. Dengan begitu alokasi sumberdaya dilakukan oleh petani, sedangkan
pemerintah memberikan fasilitasi. Dengan kemajuan pertanian yang demikian -
dari sudut ekonomi, pertanian Indonesia telah lepas dari spiral pertumbuhan
rendah (1998-1999) dan sedang memasuki fase percepatan pertumbuhan
(accelerating growth) menuju pertumbuhan berkelanjutan (sustaining growth). Hal
ini berarti pertanian Indonesia sudah naik kelas baik dibandingkan dengan
kondisi masa krisis maupun kondisi akhir orde baru.
Agenda jangka menengah-pendek (sekitar lima tahun
kedepan) yang perlu segera kita rumuskan ialah bagaimana mempertahankan dan
meningkatkan kinerja yang cukup menggembirakan tersebut. Apa yang telah kita
capai saat ini merupakan pondasi untuk berkembang lebih lanjut. Setidaknya lima
upaya yang harus dan segera dilakukan agar momentum akselerasi pertumbuhan
sektor pertanian dapat terus dipertahankan secara berkelanjutan yaitu:
(a) merenofasi dan memperluas infrastruktur fisik,
utamanya sistem irigasi, sistem transportasi, sistem telekomunikasi dan
kelistrikan pedesaan;
(b) revitalisasi sistem inovasi pertanian (penelitian dan
pengembangan, diseminasi teknologi pertanian);
(c) pengembangan kelembagaan agribisnis (tata
pemerintahan, organisasi pengusaha dan jejaring usaha);
(d) rekonstruksi sistem insentif berproduksi dan
investasi; dan
(e) pengelolaan
pasar input dan output.
Semua ini merupakan lebih lanjut dari kebijakan dasar proteksi dan promosi yang landasannya telah kita bangun dalam tiga tahun terakhir. Kedepan, pengalaman krisis pahit multi-dimensi 1998-1999 memberikan pelajaran berharga betapa strategisnya sektor pertanian sebagai jangkar, peredam gejolak, dan penyelamat bagi sistem perekonomian. Sektor pertanian merupakan kunci untuk pengentasan kemiskinan dan pemantapan ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu pembangunan sektor pertanian haruslah tetap dijadikan sebagai prioritas pembangunan nasional. Inilah konsensus politik yang masih perlu diperjuangkan bersama.
Semua ini merupakan lebih lanjut dari kebijakan dasar proteksi dan promosi yang landasannya telah kita bangun dalam tiga tahun terakhir. Kedepan, pengalaman krisis pahit multi-dimensi 1998-1999 memberikan pelajaran berharga betapa strategisnya sektor pertanian sebagai jangkar, peredam gejolak, dan penyelamat bagi sistem perekonomian. Sektor pertanian merupakan kunci untuk pengentasan kemiskinan dan pemantapan ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu pembangunan sektor pertanian haruslah tetap dijadikan sebagai prioritas pembangunan nasional. Inilah konsensus politik yang masih perlu diperjuangkan bersama.
Kinerja sektor pertanian tidaklah semata-mata cermin
kinerja Departemen Pertanian. Kinerja sektor pertanian justru lebih banyak oleh
pihak-pihak diluar Departemen Pertanian. Oleh karena itu, kalaupun ada
perbaikan dalam kinerja sektor pertanian, penghargaan terbesar adalah kepada
mereka petani dan pelaku agribisnis yang ada di seluruh pelosok tanah air.
2. 2 Faktor – faktor yang mendukung pertanian di indonesia
Papadah orang tua bahari,
“jangan pernah makan nasi ada sisa karena pamali, bisa kualat.” Sepertinya
relevan menggambarkan cara pemerintah daerah menangani masalah pertanian.
Terbuai oleh berlimpahnya komoditas dan kesuburan lahan kita lupa untuk
bersyukur dan bersiap ketika masa berlimpah akan berakhir
Indikator-indikator ini dapat
dengan telanjang kita lihat pada anatomi pertumbuhan sektor pertanian kita.
Terutama di daerah Kalimantan Selatan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB
dari tahun 2006 s/d 2009 rata-rata hanya 22,36% dengan tingkat pertumbuhan
rata-rata yang negatif.
Dilihat dari angka produksi
terlihat dengan jelas bahwa pertumbuhan rata-rata produksi pertanian cenderung
stagnan. Angka pertumbuhan rata-rata terbesar hanya sekitar 27% bagi sebuah
sektor unggulan yang telah “dibina” selama bertahun-tahun melalui akumulasi
anggaran yang besar, sungguh angka ini tidak dapat disebut menggembirakan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari adanya sejarah dan perkembagan
pertanian di Indonesia menandakan bayank memiliki potensi yang merupakan
kekayaan Indonesia. Sejarah dan perkembagan pertanian di Indonesia banyak manfaatnya
untuk perkembagan kedepan.
Pertanian di Indonesia bukan hanya
budidaya tetapi masih banyak pertanian- pertanian yang seprti
perternakan,perikanana seperti itu, di indonesi banyak perkembagan pertanian
dengan adanya pertanian di Indonesia merupakan dampak positif bagi masnyarakat
dan kita semua.
3.2 Saran
Memang tidak mudah untuk melakukan
perkembagan pertanian di Indonesia. Indonesia harus berkembang lagi untuk
kedepannya dan belajar untuk keberhasilan rakyat Indonesia. Dalam usaha
memperkembangkan pertanian itu harus terus menerus untuk mencapai terwujudnya
perkembangan Indonesia.
Thank's gan infonya !!!!
BalasHapuswww.bisnistiket.co.id