1.1.
Latar belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis
pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai
sumberdaya hayati yang sangat besar dan beragam. Berbagai sumberdaya hayati
tersebut merupakan potensi pembangunan yang sangat penting sebagai
sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru. Perairan Indonesia yang merupakan
70 % dari wilayah Nusantara, memiliki kekayaan alam hayati yang cukup besar,
salah satunya adalah rumput laut. Rumput laut atau alga yang juga dikenal
dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar dari tanaman laut. Sejak
zaman dahulu rumput laut telah digunakan manusia sebagai makanan dan
obat-obatan.
Rumput laut merupakan salah satu
komoditas andalan dalam program Departemen Kelautan dan Perikanan. Kelebihan
usaha budidaya rumput laut dibandingkan dengan komoditas lainnya adalah
teknologinya yang sangat sederhana, daya serap pasarnya yang sangat tinggi
serta biaya produksinya yang relatif rendah. Selain itu,
rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang penting. Disamping
banyak kegunaannya, rumput laut juga sebagai penghasil devisa negara dengan
nilai ekspor yang terus meningkat setiap tahun. Tumbuhan ini
bernilai ekonomi penting karena penggunaannya yang sangat luas terutama dalam
bidang industri. Di bidang industri, ternyata pengolahan rumput laut sudah
cukup lama dikenal di Indonesia, meskipun dengan teknologi proses dan peralatan
yang sederhana. Hidrokoloid yang terkandung di dalam rumput laut merupakan
alasan utama untuk menjadikannya sebagai bahan baku industri kosmetik, farmasi,
cat, tekstil, pakan ternak dan industri lainnya.
Pada umumnya alga (rumput laut) dapat dikelompokkan
menjadi empat kelas yaitu alga hijau (Chlorophyceae), alga hijau biru (Cyanophyceae),
alga coklat (Phaeophyceae), dan alga merah (Rhodophyceae).
Diantara jenis rumput laut tersebut di Indonesia yang mempunyai nilai ekonomis
penting adalah dari kelas Rhodophyceae yang mengandung karaginan dan
agar-agar. Alga yang termasuk dalam kelas Rhodophyceae yang mengandung
karaginan adalah dari marga Eucheuma dengan nama lokal agar-agar dan Hypnea
sedangkan jenis yang mengandung agar-agar yaitu dari marga Gracilaria,
Gelidium, dan Gelidiella.
Praktikum
mata kuliah komoditas dan
penanganan hasil perairan mengenai tekhnik budidaya rumput laut, pengolahan
serta penanganan rumput laut yang dilaksanakan di Kapupaten serang Lontar
. bahwa kita ketahui lontar adalah sebagian wilayah yng memperoduksi rumput
laut dan membudidayakannya.
Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di
pulau panjang adalah Eucheuma cottonii. Jenis ini mempunyai nilai
ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan. Dalam dunia industri dan
perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama dengan agar-agar dan alginat,
karaginan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi, kosmetik,
makanan dan lain-lain. Untuk memperoleh mutu karaginan yang baik, umur
panen rumput laut Eucheuma cottonii adalah lebih dari 10 minggu.
Hasil penelitian Pamungkas (1987) menunjukkan bahwa rendemen dan viskositas
karaginan tertinggi diperoleh dari Eucheuma cottonii yang dipanen pada
umur 45 hari
1.2.
Tujuan
Dalam praktikum lapang mata kuliah komoditas dan penanganan
hasil perairan mengenai tekhnik budidaya rumput laut, pengolahan serta
penanganan rumput laut yang dilaksanakan
Di
lontar kabupaten serang provinsi banten
a.
Mengetahui
jenis rumput laut di lontar
b. b. Mengetahui teknik penanganan rumput laut
yang di kelola di lontar
TINJAUN
PUSTAKA
2.1 Deskripsi Rumput Laut E. cotonii
Rumput
laut merupakan jenis tumbuhan tingkat
rendah yang belum memiliki akar, batang, dan daun sejati. Keseluruhan dari
tanaman ini merupakan batang yang dikenal dengan sebutan thallus,
bentuk thallus rumput laut ada bermacam-macam ada yang bulat seperti
tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut dan lain sebagainya.
Thallus ini ada yang tersusun hanya oleh satu sel (uniseluler) atau banyak sel
(multiseluler).
Percabangan
thallus ada yang thallus dichotomus (dua-dua terus menerus), pinate
(dua-dua berlawanan sepanjang thallus utama), pectinate (berderet searah
pada satu sisi thallus utama) dan ada juga yang sederhana tidak
bercabang. Sifat substansi thallus juga beraneka ragam ada yang
lunak seperti gelatin (gelatinous), keras diliputi atau mengandung
zat kapur (calcareous}, lunak bagaikan tulang rawan
(cartilagenous), berserabut (spongeous) dan sebagainya (Soegiarto et al,
1978).
Eucheuma
cottonii dapat dibedakan dari thallusnya.
Pada Eucheuma cottonii, thallusnya bercabang-cabang berbentuk silindris
atau pipih, percabangannya tidak teratur dan kasar (sehingga merupakan
lingkaran) karena ditumbuhi oleh nodulla atau spine untuk melindungi gametan.
Ujungnya runcing atau tumpul berwarna coklat ungu atau hijau kuning.
Spina Eucheuma cottonii tidak teratur menutupi
thallus dan cabang-cabangnya. Permukaan licin, cartilaginous, warna
hijau, hijau kuning, abau-abu atau merah. Penampakan thallus bervariasi dari
bentuk sederhana sampai kompleks (Ditjenkan Budidaya, 2004).
klasifikasikan
sebagai berikut:
Divisio
: Rhodophyta
Kelas
: Rhodophyceae
Ordo
: Gigartinales
Famili
: Solieriaceae
Genus
: Eucheuma
Spesies
: Eucheuma cottonii
(Dawes
dalam Kadi dan Atmadja, 1988)
MORFOLOGI
Ciri fisik
Eucheuma cottonii adalah mempunyai thallus silindris, permukaan licin,
cartilogeneus. Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau,
hijau kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi hanya karena
faktor lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu
penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan (Aslan
1998). Penampakan thalli bervariasi mulai dari bentuk sederhana sampai
kompleks. Duri-duri pada thallus runcing memanjang, agak jarang-jarang dan
tidak bersusun melingkari thallus. Percabangan ke berbagai arah dengan
batang-batang utama keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal). Tumbuh
melekat ke substrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama
dan kedua tumbuh dengan membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus
mengarah ke arah datangnya sinar matahari (Atmadja 1996).
Umumnya Eucheuma
cottonii tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu (reef). Habitat
khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu
harian yang kecil dan substrat batu karang mati (Aslan 1998).
Rumput laut Eucheuma cottonii mempunyai ciri-ciri yaitu thallus
silindris, percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus
(tonjolan-tonjolan), berwarna cokelat kemerahan, cartilageneus (menyerupai
tulang rawan atau muda), percabangan bersifat alternates (berseling), tidak
teratur serta dapat bersifat dichotomus (percabangan dua-dua) atau trichotomus
(system percabangan tiga-tiga) Rumput laut Eucheuma cottonii memerlukan sinar
matahari untuk proses fotosintesa. Oleh karena itu, rumput laut jenis ini hanya
mungkin dapat hidup pada lapisan fotik, yaitu pada kedalaman sejauh sinar
matahari masih mampu mencapainya. Di alam, jenis ini biasanya hidup berkumpul
dalam satu komunitas atau koloni.
Eucheuma cottonii tumbuh di rataan terumbu karang dangkal
sampai kedalaman 6 m, melekat di batu karang, cangkang kerang dan benda keras
lainnya. Faktor yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan jenis ini yaitu cukup
arus dan salinitas (kadar garam) yang stabil, yaitu berkisar 28-34 per mil.
Oleh karenanya rumput laut jenis ini akan hidup baik bila jauh dari muara
sungai. Jenis ini telah dibudidayakan dengan cara diikat pada tali sehingga
tidak perlu melekat pada substrat karang atau benda lainnya.
Pemanfaatan Rumput Laut Secara Umum adalah :
1. Makanan dan susu (Ice cream, yoghurt, waper krim, cokelat susu, pudding instant)
2. Minuman (Minuman ringan, jus buah, bir)
3. Roti
4. Permen
5. Daging ikan dalam kaleng
6. Saus, salad dressing, kecap
7. Makanan diet (Jelly, jam, sirup, puding)
8. Makanan bayi
9. Non pangan (Makanan hewan, makanan ikan, cat,
keramik, tekstil, kertas)
10. Farmasi dan koxsmetik (Pasta gigi, shampoo, obat tablet, bahan cetak gigi, obat salep)
SEBARAN
10. Farmasi dan koxsmetik (Pasta gigi, shampoo, obat tablet, bahan cetak gigi, obat salep)
SEBARAN
Untuk
sebaran di Indonesia bayak sekali sebaran dan budidaya rumput laut yag ada di
Indonesia kususnya di banten
HABIATAT
Rumputl
laut jenis ini habitanta di laut
2.2 Budidaya E. cotonii
Tekhnis budidaya rumput laut Eucheuma
cottonii di lontar yaitu
melalui beberapa aspek diantaranya : Persyaratan lokasi dan lahan budidaya
rumput laut Eucheuma cottonii di
lontar meliputi lokasi perairan
yang tenang. Dasar perairan lumpur . Lokasi dan lahan sebaiknya jauh dari
pengaruh sungai dan bebas pencemaran. Kedalaman 81 cm. sirkulasi air baik.
kondisi fisika dan kimia perairan mulai dari suhu air berkisar antara 290 C,
salinitas perairan antara 25,5 permil,
Ph antara 8 dengan kejernihan air tidak kurang dari 60c m.
Menyiapkan peralatan dan bahan untuk
budidaya rumput laut Eucheuma cottonii terdiri dari : menyiapkan tali
tambang 9 mm (sebagai tali utama). Tali tambang 4 mm (sebagai tali ris). Tali
tambang (untuk mengikat bibit rumput laut). Patok bambu/kayu dan pemberat dari
batu karang (sebagai jangkar). Pisau. Perahu. Dan bibit rumput laut Eucheuma
cottonii usia 25 hari.
Prosedur kerja tekhnis budidaya rumput
laut Eucheuma cottonii Prosedur kerja atau cara budidaya rumput laut
diantaranya : menggunakan metode tali panjang. potong tali ris sepanjang 30,5 m
sebanyak 15 buah kemudian. Ikatkan bibit rumput laut dengan tali
tambang jarak bibit satu dengan yang lainnya 30 cm. Kemudian dipasangkan atau
diikatkan ketali ris. Potong tali utama sepanjang 17 m sebayak 2 buah. Potong
tali jangkar panjangnya disesuaikan pada kedalaman 10 m setiap 4 m diberi
jangkar sebanyak 4 buah. Rentangkan tali utama Ikatkan tali jangkar pada kedua
ujung tali utama yang di bawahnya sudah di ikatkan pada jangkar, batu pemberat
kemudian disudu-sudutnya dipasang pelampung. Rentangkan tali ris kemudian
ikatkan pada tali utama dengan jarak masing-masing tali ris sekitar 1 mm.
Setelah tali ris terpasang semua kemudian ikatkan pelampung dari botol plastik
bekas pada tali ris sebanyak 10 buah dengan jarak 3 m.
HAMA
Munculnya
penyakit ice-ice ini ditandai dengan timbulnya bintik/bercak-bercak merah pada
sebagian thallus yang lama kelamaan menjadi kuning pucat dan akhirnya akan
menjadi putih. Pertumbuhan bakteri pada thallus akan menyebabkan bagian thallus
yang terinfeksi menjadi putih dan rapuh. Selanjutnya mudah patah dan jaringan
menjadi lunak yang menjadi ciri serangan ice-ice. Thallus muda yang tumbuh
berikutnya mengalami ”pengerutan”, tidak tumbuh memanjang bahkan
mengecil-kerdil, sehingga rumpun terlihat kurus, otomatis bobot rumpun pun
ringan. Penyakit ini menyebar
secara vertikal dari bibit yang ditanam, atau secara horisontal melalui
perantaraan air.
2.3 Pasca Panen dan
Pengolahan E. cotonii
Pengolahannya meliputi
Pemanenan dilakukan pada saat usia rumput laut 45-50 hari. Selanjutnya
lakukan pencucian dengan air laut untuk membersihkan rumput laut dari sampah
dan kotoran yang menempel pada rumput laut. Setelah itu langsung di bersihkant
dengan air lalu di fermentasi selama 3 hari setelah baruh warna menjadi putih
lalu di cuci dengan air laut , kemudian lagsung di rendam dengan air kapur
selama 5 menit . Fungsi kapur untuk mempercepat wana putih, meningkatkan gel,
menghilangkan bau amis atau anyir. Tahap berikutnya adalah proses
pengeringan yang dilakukan dengan cara penjemuran dengan bantuan sinar matahari
selama 2-3 hari. tingkat kekeringan rumput laut Eucheuma cottonii kering
tawar untuk lokal yaitu 70%. Dan kekeringan untuk ekspor berkisar 95%.
Pengolahan dodol rumput laut Eucheuma cottonii
Pengolahan rumput laut Eucheuma
cottonii menjadi produk dodol rumput laut melewati beberapa proses
pengolahan yang meliputi : Menyiapkan alat dan bahan yang terdiri dari kompor,
panci atau wajan, alat untuk mengaduk, wadah atau loyang. Kemudian bahannya
terdiri dari rumput laut Eucheuma cottonii kering tawar yang sudah
putih, pewarna alami (pasta), air, gula pasir.
Proses pengolahannya yaitu rebus air
setelah mendidih masukkan rumput laut kemudian masukkan gula pasir dengan
perbandingan gula pasir 1 kg dan rumput laut 1 kg. Setelah itu aduk sampai
rumput laut hancur didalam perebusan. Setelah rumput laut hancur kemudian
diangkat dan dituangkan kedalam loyang dan beri pewarna alami (pasta) sesuai
dengan selera dan dinginkan. Setelah rumput laut dingin kemudian rumput laut
diiris atau dipotong-potong sesuai selera dan dibungkus kedalam wadah plastik
siap jual dengan berat 2 ons. Harga jual produk dodol rumput laut yaitu 2 ons
Rp. 4.000. laut Sistem pemasaran dodol rumput dengan cara menjual
kepasar-pasar lokal dan kedistributor di Jakarta, Bogor, dan Serang.
BAB 3 METODOLOGI
2.1.
Waktu dan
tempat
Praktikum lapang mata kuliah komoditas
dan penanganan hasil perairan mengenai tekhnik budidaya rumput laut,
pengolahan serta penanganan rumput laut dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 8
Desember 2012 pada pukul 8.00 wib sampai pukul 14.00 wib di lontar Kabupaten Serang Banten yang diikuti oleh
mahasiswa/i jurusan perikanan fakultas pertanian Universitas sultan ageng
tirtayasa Serang Banten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar