Total Tayangan Halaman

Sabtu, 28 September 2013

laporan filterip rumput laut

1.1.    Latar belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar dan beragam. Berbagai sumberdaya hayati tersebut merupakan potensi pembangunan yang sangat penting sebagai sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru.  Perairan Indonesia yang merupakan 70 % dari wilayah Nusantara, memiliki kekayaan alam hayati yang cukup besar, salah satunya adalah rumput laut. Rumput laut atau alga yang juga dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar dari tanaman laut. Sejak zaman dahulu rumput laut telah digunakan manusia sebagai makanan dan obat-obatan.
Rumput laut merupakan salah satu komoditas andalan dalam program Departemen Kelautan dan Perikanan. Kelebihan usaha budidaya rumput laut dibandingkan dengan komoditas lainnya adalah teknologinya yang sangat sederhana, daya serap pasarnya yang sangat tinggi serta biaya produksinya yang relatif rendah. Selain itu, rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang penting. Disamping banyak kegunaannya, rumput laut juga sebagai penghasil devisa negara dengan nilai ekspor yang terus meningkat setiap tahun. Tumbuhan ini bernilai ekonomi penting karena penggunaannya yang sangat luas terutama dalam bidang industri. Di bidang industri, ternyata pengolahan rumput laut sudah cukup lama dikenal di Indonesia, meskipun dengan teknologi proses dan peralatan yang sederhana. Hidrokoloid yang terkandung di dalam rumput laut merupakan alasan utama untuk menjadikannya sebagai bahan baku industri kosmetik, farmasi, cat, tekstil, pakan ternak dan industri lainnya.
Pada umumnya alga (rumput laut) dapat dikelompokkan menjadi empat kelas yaitu alga hijau (Chlorophyceae), alga hijau biru (Cyanophyceae), alga coklat (Phaeophyceae), dan alga merah (Rhodophyceae). Diantara jenis rumput laut tersebut di Indonesia yang mempunyai nilai ekonomis penting adalah dari kelas Rhodophyceae yang mengandung karaginan dan agar-agar. Alga yang termasuk dalam kelas Rhodophyceae yang mengandung karaginan adalah dari marga Eucheuma dengan nama lokal agar-agar dan Hypnea sedangkan jenis yang mengandung agar-agar yaitu dari marga Gracilaria, Gelidium, dan Gelidiella.
Praktikum mata kuliah komoditas dan penanganan hasil perairan mengenai tekhnik budidaya rumput laut, pengolahan serta  penanganan rumput laut yang dilaksanakan di Kapupaten serang Lontar . bahwa kita ketahui lontar adalah sebagian wilayah yng memperoduksi rumput laut dan membudidayakannya.
Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di pulau panjang  adalah Eucheuma cottonii. Jenis ini mempunyai nilai ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan. Dalam dunia industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama dengan agar-agar dan alginat, karaginan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi, kosmetik, makanan dan lain-lain. Untuk memperoleh mutu karaginan yang baik, umur panen rumput laut Eucheuma cottonii adalah lebih dari 10 minggu. Hasil penelitian Pamungkas (1987) menunjukkan bahwa rendemen dan viskositas karaginan tertinggi diperoleh dari Eucheuma cottonii yang dipanen pada umur 45 hari
 1.2.    Tujuan
Dalam praktikum lapang mata kuliah komoditas dan penanganan hasil perairan mengenai tekhnik budidaya rumput laut, pengolahan serta  penanganan rumput laut yang dilaksanakan
Di lontar kabupaten serang provinsi banten
a.       Mengetahui jenis rumput laut di lontar
b.       b.      Mengetahui teknik penanganan rumput laut yang di kelola di lontar
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Rumput Laut E. cotonii
Rumput laut merupakan jenis tumbuhan tingkat rendah yang belum memiliki akar, batang, dan daun sejati. Keseluruhan dari tanaman ini merupakan batang yang dikenal dengan sebutan  thallus, bentuk  thallus rumput laut ada bermacam-macam ada yang bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut dan lain sebagainya. Thallus ini ada yang tersusun hanya oleh satu sel (uniseluler) atau banyak sel (multiseluler).
Percabangan thallus ada yang  thallus dichotomus (dua-dua terus menerus),  pinate  (dua-dua berlawanan sepanjang thallus utama), pectinate  (berderet searah pada satu sisi thallus utama) dan  ada juga yang sederhana tidak bercabang. Sifat substansi  thallus  juga beraneka ragam ada yang lunak seperti gelatin  (gelatinous),  keras diliputi atau mengandung zat kapur (calcareous},  lunak bagaikan tulang rawan  (cartilagenous),  berserabut (spongeous) dan sebagainya (Soegiarto et al, 1978).
Eucheuma cottonii dapat dibedakan dari thallusnya. Pada Eucheuma cottonii, thallusnya bercabang-cabang berbentuk silindris atau pipih, percabangannya tidak teratur dan kasar (sehingga merupakan lingkaran) karena ditumbuhi oleh nodulla atau spine untuk melindungi gametan. Ujungnya runcing atau tumpul berwarna coklat ungu atau hijau kuning. Spina  Eucheuma cottonii  tidak teratur menutupi  thallus  dan cabang-cabangnya. Permukaan licin, cartilaginous, warna hijau, hijau kuning, abau-abu atau merah. Penampakan thallus bervariasi dari bentuk sederhana sampai kompleks (Ditjenkan Budidaya, 2004).
klasifikasikan sebagai berikut:
Divisio            : Rhodophyta
Kelas               : Rhodophyceae
Ordo                : Gigartinales
Famili             : Solieriaceae
Genus              : Eucheuma
Spesies            : Eucheuma cottonii
(Dawes dalam Kadi dan Atmadja, 1988)
MORFOLOGI
Ciri fisik Eucheuma cottonii adalah mempunyai thallus silindris, permukaan licin, cartilogeneus. Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi hanya karena faktor lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan (Aslan 1998). Penampakan thalli bervariasi mulai dari bentuk sederhana sampai kompleks. Duri-duri pada thallus runcing memanjang, agak jarang-jarang dan tidak bersusun melingkari thallus. Percabangan ke berbagai arah dengan batang-batang utama keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal). Tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh dengan membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari (Atmadja 1996).
Umumnya Eucheuma cottonii tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu (reef). Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu harian yang kecil dan substrat batu karang mati (Aslan 1998).
Rumput laut Eucheuma cottonii mempunyai ciri-ciri yaitu thallus silindris, percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolan-tonjolan), berwarna cokelat kemerahan, cartilageneus (menyerupai tulang rawan atau muda), percabangan bersifat alternates (berseling), tidak teratur serta dapat bersifat dichotomus (percabangan dua-dua) atau trichotomus (system percabangan tiga-tiga) Rumput laut Eucheuma cottonii memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesa. Oleh karena itu, rumput laut jenis ini hanya mungkin dapat hidup pada lapisan fotik, yaitu pada kedalaman sejauh sinar matahari masih mampu mencapainya. Di alam, jenis ini biasanya hidup berkumpul dalam satu komunitas atau koloni.
Eucheuma cottonii tumbuh di rataan terumbu karang dangkal sampai kedalaman 6 m, melekat di batu karang, cangkang kerang dan benda keras lainnya. Faktor yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan jenis ini yaitu cukup arus dan salinitas (kadar garam) yang stabil, yaitu berkisar 28-34 per mil. Oleh karenanya rumput laut jenis ini akan hidup baik bila jauh dari muara sungai. Jenis ini telah dibudidayakan dengan cara diikat pada tali sehingga tidak perlu melekat pada substrat karang atau benda lainnya.

Pemanfaatan Rumput Laut Secara Umum adalah :

1. Makanan dan susu (Ice cream, yoghurt, waper krim, cokelat susu, pudding instant)
2. Minuman (Minuman ringan, jus buah, bir)
3. Roti
4. Permen
5. Daging ikan dalam kaleng
6. Saus, salad dressing, kecap
7. Makanan diet (Jelly, jam, sirup, puding)
8. Makanan bayi
9. Non pangan (Makanan hewan, makanan ikan, cat, keramik, tekstil, kertas)
10. Farmasi dan koxsmetik (Pasta gigi, shampoo, obat tablet, bahan cetak gigi, obat salep)
SEBARAN
Untuk sebaran di Indonesia bayak sekali sebaran dan budidaya rumput laut yag ada di Indonesia kususnya di banten
HABIATAT
Rumputl laut jenis ini habitanta di laut
2.2 Budidaya E. cotonii
Tekhnis budidaya rumput laut Eucheuma cottonii di lontar yaitu melalui beberapa aspek diantaranya : Persyaratan lokasi dan lahan budidaya rumput laut Eucheuma cottonii di lontar  meliputi lokasi perairan yang tenang. Dasar perairan lumpur . Lokasi dan lahan sebaiknya jauh dari pengaruh sungai dan bebas pencemaran. Kedalaman 81 cm. sirkulasi air baik. kondisi fisika dan kimia perairan mulai dari suhu air berkisar antara 290 C, salinitas perairan antara 25,5  permil, Ph antara 8 dengan kejernihan air tidak kurang dari 60c m.
Menyiapkan peralatan dan bahan untuk budidaya rumput laut Eucheuma cottonii terdiri dari : menyiapkan tali tambang 9 mm (sebagai tali utama). Tali tambang 4 mm (sebagai tali ris). Tali tambang (untuk mengikat bibit rumput laut). Patok bambu/kayu dan pemberat dari batu karang (sebagai jangkar). Pisau. Perahu. Dan bibit rumput laut Eucheuma cottonii usia 25 hari.
Prosedur kerja tekhnis budidaya rumput laut Eucheuma cottonii Prosedur kerja atau cara budidaya rumput laut diantaranya : menggunakan metode tali panjang. potong tali ris sepanjang 30,5 m sebanyak 15 buah kemudian. Ikatkan bibit rumput laut dengan tali tambang jarak bibit satu dengan yang lainnya 30 cm. Kemudian dipasangkan atau diikatkan ketali ris. Potong tali utama sepanjang 17 m sebayak 2 buah. Potong tali jangkar panjangnya disesuaikan pada kedalaman 10 m setiap 4 m diberi jangkar sebanyak 4 buah. Rentangkan tali utama Ikatkan tali jangkar pada kedua ujung tali utama yang di bawahnya sudah di ikatkan pada jangkar, batu pemberat kemudian disudu-sudutnya dipasang pelampung. Rentangkan tali ris kemudian ikatkan pada tali utama dengan jarak masing-masing tali ris sekitar 1 mm. Setelah tali ris terpasang semua kemudian ikatkan pelampung dari botol plastik bekas pada tali ris sebanyak 10 buah dengan jarak 3 m.
HAMA
Munculnya penyakit ice-ice ini ditandai dengan timbulnya bintik/bercak-bercak merah pada sebagian thallus yang lama kelamaan menjadi kuning pucat dan akhirnya akan menjadi putih. Pertumbuhan bakteri pada thallus akan menyebabkan bagian thallus yang terinfeksi menjadi putih dan rapuh. Selanjutnya mudah patah dan jaringan menjadi lunak yang menjadi ciri serangan ice-ice. Thallus muda yang tumbuh berikutnya mengalami ”pengerutan”, tidak tumbuh memanjang bahkan mengecil-kerdil, sehingga rumpun terlihat kurus, otomatis bobot rumpun pun ringan. Penyakit ini menyebar secara vertikal dari bibit yang ditanam, atau secara horisontal melalui perantaraan air.
2.3 Pasca Panen dan Pengolahan E. cotonii
Pengolahannya meliputi  Pemanenan dilakukan pada saat usia rumput laut 45-50 hari. Selanjutnya lakukan pencucian dengan air laut untuk membersihkan rumput laut dari sampah dan kotoran yang menempel pada rumput laut. Setelah itu langsung di bersihkant dengan air lalu di fermentasi selama 3 hari setelah baruh warna menjadi putih lalu di cuci dengan air laut , kemudian lagsung di rendam dengan air kapur selama 5 menit . Fungsi kapur untuk mempercepat wana putih, meningkatkan gel, menghilangkan bau amis atau anyir. Tahap berikutnya adalah proses pengeringan yang dilakukan dengan cara penjemuran dengan bantuan sinar matahari selama 2-3 hari. tingkat kekeringan rumput laut Eucheuma cottonii kering tawar untuk lokal yaitu 70%. Dan kekeringan untuk ekspor berkisar 95%.
Pengolahan dodol rumput laut Eucheuma cottonii
Pengolahan rumput laut Eucheuma cottonii menjadi produk dodol rumput laut melewati beberapa proses pengolahan yang meliputi : Menyiapkan alat dan bahan yang terdiri dari kompor, panci atau wajan, alat untuk mengaduk, wadah atau loyang. Kemudian bahannya terdiri dari rumput laut Eucheuma cottonii kering tawar yang sudah putih, pewarna alami (pasta), air, gula pasir.

Proses pengolahannya yaitu rebus air setelah mendidih masukkan rumput laut kemudian masukkan gula pasir dengan perbandingan gula pasir 1 kg dan rumput laut 1 kg. Setelah itu aduk sampai rumput laut hancur didalam perebusan. Setelah rumput laut hancur kemudian diangkat dan dituangkan kedalam loyang dan beri pewarna alami (pasta) sesuai dengan selera dan dinginkan. Setelah rumput laut dingin kemudian rumput laut diiris atau dipotong-potong sesuai selera dan dibungkus kedalam wadah plastik siap jual dengan berat 2 ons. Harga jual produk dodol rumput laut yaitu 2 ons Rp. 4.000. laut Sistem pemasaran dodol rumput dengan cara  menjual kepasar-pasar lokal dan kedistributor di Jakarta, Bogor, dan Serang.
BAB 3 METODOLOGI
2.1.    Waktu dan tempat

Praktikum lapang mata kuliah komoditas dan penanganan hasil perairan mengenai  tekhnik budidaya rumput laut, pengolahan serta penanganan rumput laut dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 8 Desember 2012 pada pukul 8.00 wib sampai pukul 14.00 wib di lontar  Kabupaten Serang Banten yang diikuti oleh mahasiswa/i jurusan perikanan fakultas pertanian Universitas sultan ageng tirtayasa Serang Banten.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar